Harga Daging di Aceh Tembus Rp180 Ribu per Kg

Mogok Pedagang Daging Sapi Berimbas Pada Aktifitas RPH
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Harga daging sapi di sejumlah pasar di Lhokseumawe, Aceh, melonjak tinggi. Saat ini, harga satu kilogram (kg) daging sapi mencapai Rp180 ribu.

Awal Ramadhan, Harga Daging Tembus Rp160 Ribu Per Kg di Pasar Tomang

Harga tersebut naik sekitar Rp40 ribu-Rp50 ribu dibanding harga hari biasanya yang hanya dijual Rp130 ribu hingga Rp140 ribu.

Kenaikan harga daging sapi tersebut terjadi karena tradisi Mak Meugang masyarakat Aceh. Mak Meugang merupakan tradisi makan daging sapi yang dilaksanakan oleh masyarakat Aceh ketika menyambut bulan suci Ramadan.

Usai Minyak Goreng dan Kedelai, Kini Harga Daging Sapi Merangkak Naik

Nurhayati, salah seroang penjual daging sapi di Pasar Impres Lhokseumawe kepada VIVA.co.id, Sabtu, 4 Juni 2016, mengatakan bahwa setiap menjelang hari Mak Meugang, harga sapi selalu melonjak. Karena itu, para pedagang daging terpaksa menaikkan harga jual daging ke konsumen.

“Hari ini dari pagi (harga daging sapi) Rp180 ribu, nanti agak siang sedikit bisa Rp150 ribu sampai Rp160 ribu per satu kilogram. Karena harga lembu atau sapi yang kami beli untuk dipotong dan dijual dagingnya mahal,” ujar Nurhayati.

Jelang Lebaran, Harga Daging Sapi Tembus Rp140 Ribu per Kg

Dia menuturkan, harga sapi dengan berat 70 kilogram, harganya bisa mencapai Rp13 juta hingga Rp14 juta. Menurutnya, jika para pedagang harus berpatokan pada harga sapi, maka seharusnya para pedaganag menjual harga dagingnya mencapai Rp200 ribu per kilogram. Namun, kata dia, pedagang tidak mungkin menjual dengan harga tersebut karena terlalu mahal.

“Memang sudah seperti itu, setiap tahun naik, setahun sekali pasti naik dan harganya memang lagi tinggi. Kalau kami mau jual sampai Rp200 ribu, bisa lari orang, jadi mau tidak mau ya paling Rp180 ribu ke bawah,” tutur dia.

Sementara itu, salah seorang pembeli, Erlina Wati mengaku, terpaksa membeli daging sapi meski harganya melambung tinggi. Sebab, Mak Meugang atau tradisi makan daging sudah menjadi tradisi di daerahnya.

“Kalau tidak beli, tidak mungkin. Mak Meugang sudah tradisi makan daging,” ujar Erlina. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya