Sumber :
VIVA.co.id
- Setelah Tim Transisi Kemenpora secara terang-terangan mengumumkan rencana menggelar kompetisi, reaksi dari berbagai pihak bermunculan. PSSI, Komite Ad Hoc Reformasi, hingga pemilik klub ikut angkat bicara soal ini.
Yang membuat para stakeholders sepakbola ini terpancing untuk angkat bicara, tak lain dan tak bukan lantaran adanya anggapan kompetisi bentukan Tim Transisi bisa jadi ancaman dualisme kompetisi.
Bak cerita ulangan, kompetisi sepakbola saat ini kembali terancam mengalami dualisme. Kisah suram dualisme kompetisi sepakbola, pernah terjadi beberapa tahun lalu.
Ancaman dualisme terjadi, kala Tim Transisi Kemenpora berencana ingin menggelar kompetisi mulai bulan Agustus 2016 hingga Mei 2017 mendatang.
Anehnya, rencana Tim Transisi menggelar kompetisi ini mulai disosialisasikan pasca penolakan kasasi Kemenpora oleh Mahkamah Agung (MA). Keputusan ini membuat PSSI punya kekuatan hukum tetap, dan berhak memutar kembali roda kompetisi ISL.
Baca Juga :
BSU Bantah Rumor Pindah Kandang ke Semarang
Baca Juga :
Alasan Persija Usai Ditumbangkan BSU
Baca Juga :
Kalah dari BSU, Camargo Kecewa
"Saya sebagai pemilik klub punya federasi (PSSI), punya operator (PT. Liga). (Kompetisi Tim Transisi) ini maksudnya apa? Secara prinsip kedua belah pihak (Kemenpora dan PSSI) harus menghormati putusan hukum yang berlaku," ujar Gede kepada VIVA.co.id, lewat wawancara via telepon, Jumat 11 Maret 2016.
"Saya hanya bisa menunggu perkembangan selanjutnya. Tidak usah diperkeruh lah. Kalau ceritanya seperti ini lagi, sama saja melanggar hukum, mengabaikan federasi dan operator yang ada," tuturnya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Saya sebagai pemilik klub punya federasi (PSSI), punya operator (PT. Liga). (Kompetisi Tim Transisi) ini maksudnya apa? Secara prinsip kedua belah pihak (Kemenpora dan PSSI) harus menghormati putusan hukum yang berlaku," ujar Gede kepada VIVA.co.id, lewat wawancara via telepon, Jumat 11 Maret 2016.
