- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews -Kongres PSSI berakhir buntu. Deadlock. Sejumlah klub sepak bola di daerah cemas dan kecewa. Mereka mendesak agar para pihak yang terlibat konflik di PSSI jangan terlalu mementingkan kepentingan kelompok dan mengorbankan kepentingan nasional, apalagi harga diri sepak bola bangsa di mata dunia.
Menyusul desakan dari sejumlah tokoh bola dari berbagai daerah, Manajer PSPS Pekanbaru, Dastrayani Bibra meminta Kelompok 78 agar tidak memaksakan kepentingan mereka sendiri.
Menurut dia, FIFA telah mengambil keputusan dengan pertimbangan yang matang. Mereka mengabaikan semua kelompok yang bertikai selama ini, demi kepentingan sepak bola nasional. Di mata Dastrayani, itu sebuah niat baik. "Kalau PSSI diberi sanksi, maka orang yang paling bertanggung jawab adalah kelompok 78," katanya menegaskan.
Dia mendesak agar tokoh-tokoh yang dilarang FIFA untuk maju dalam pemilihan pengurus PSSI, agar mengurungkan niat mereka. "Sudah jelas dilarang FIFA, masih saja ngotot. Harusnya mereka lebih mengedepankan kepentingan jutaan masyarakat Indonesia daripada kepentingan pribadi atau kelompok," ujarnya.
Bila FIFA menjatuhkan sanksi, Bibra mempertanyakan siapa yang akan mengganti kerugian klub yang sudah terlanjur banyak mengeluarkan dana. "Kami juga mengontrak pemain asing. Sudah banyak dana yang habis. Kalau PSSI disanksi FIFA siapa yang akan ganti kerugian?" cetusnya.
Agar sanksi tak diberikan, ia berharap Komite Normalisasi melobi FIFA. "Kalau memang FIFA merasa dilecehkan, kita harus minta maaf. Bila perlu Menpora atas nama bangsa Indonesia yang meminta maaf kepada FIFA," tegasnya.
Kelompok 78 sendiri belakangan menyesalkan penghentian kongres yang digelar Jumat pekan lalu itu. Mereka balik menyalahkan Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar yang terlalu cepat menutup kongres. Padahal, kata mereka, kongres belum terlalu kisruh. Belum ada adu fisik. Itu sebabnya, sesudah Agum dan Direktur FIFA meninggalkan ruang sidang, kelompok ini berencana melanjutkan kongres.
Menurut juru bicaranya, Yunus Nusi, dinamika yang tejadi pada Kongres PSSI adalah hal yang biasa, apalagi belum sampai ada gesekan fisik. "Kami tidak tahu apa alasan Agum meninggalkan Kongres PSSI," kata Yunus dalam jumpa pers di Hotel Sultan, sesudah kongres bubar. (Laporan: Ali Azumar, Riau | kd)