- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Pelatih Timnas Senior, Wim Rijsbergen tidak ingin pemain-pemainnya Papua terpengaruh dengan kerusuhan yang belakangan ini sedang melanda kampung halamannya. Bersama asistennya, Liestiadi, pelatih asal Belanda itu mencoba menenangkan Boaz Solossa cs.
Usai menggelar latihan di Stadion Manahan Solo, Jumat, 19 Agustus 2011, Wim dan Liestiadi terlihat berbicara dengan Boaz, Ian Luis Kabes, Oktovianus Maniani, dan Ricardo Salampessy. Mereka mencoba menguatkan para pemain itu menghadapi kondisi yang terjadi di Papua.
"Pembicaraan tadi tak ada kaitannya dengan indispliner mereka dalam permainan kemarin. Atau terkait dengan ketidakprofesionalan mereka," ujar Liestiadi.
"Ya, tadi coach (Wim Rijsbergen) cuma memberikan motivasi kepada mereka. Ya gini ya, di sana (Papua) sedang ada konflik, jadi ya kita semcam memberikan motivasi, " lanjut pria asal Medan itu.
Belakangan ini Papua memang sedang bergolak. Insiden yang berbau separatisme bahkan sempat terjadi sehari menjelang peringatan HUT RI ke-66, 17 Agustus lalu.
Bendera bintang kejora, simbol separatisme Organisasi Papua Merdeka (OPM) berkibar di perbukitan Jayapura. Penurunan bendera oleh aparat gabungan TNI dan Polri bahkan sempat diwarnai insiden penembakan.
Sehari sebelumnya, Selasa, 16 Agustus 2011, kelompok bersenjata juga sempat menyerang Polsek Komofa Kabupaten Paniai. Meski tak ada korban jiwa, dua senjata api milik polisi berhasil dirampas para pelaku.
Tak hanya itu, pemilukada Kabupaten Puncak Jaya juga, Agustus lalu juga berakhir ricuh. Belasan nyawa melayang akibat bentrok antar dua pendukung.
Menurut Liestiadi, kondisi ini bisa saja mempengaruhi psikologis para pemain asal Papua. Ya seperti saat kita kerja di suatu tempat tapi kita masih memikirkan keluarga. Nha seperti itulah yang terjadi sama mereka."
Laporan: Fajar Sodiq/Solo