Sri Mulyani Bersyukur Indonesia Masih Bertahan dari Resesi Ekonomi
- ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui dampak dari wabah Covid-19 bagi perekonomian global dan nasional memang sangat besar, sehingga mampu menekan pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh.
Akibatnya, sejumlah negara maju seperti misalnya Inggris, Jerman, dan Jepang, bahkan sudah mengalami kontraksi hingga resesi ekonomi di kuartal kedua 2020 ini.
"Kita beruntung pada kuartal I-2020 (pertumbuhan ekonomi) masih bisa bertahan di 2,97 persen," kata Sri Mulyani dalam telekonferensi Townhall Meeting 2020, Jumat 19 Juni 2020.
"Di negara maju, semua negara di kuartal II mengalami kontraksi. Beberapa negara bahkan sudah resesi seperti misalnya Inggris, Jerman, Jepang, Malaysia," lanjut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Meski demikian, Sri Mulyani mengaku bahwa ada sejumlah tantangan yang mesti dihadapi oleh pemerintah, seperti misalnya amanat dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2020. Isinya mengamanatkan tidak hanya soal perubahan, melainkan juga upaya pemulihan ekonomi nasional ke depannya.
"Bagaimana risikonya bisa dimitigasi, lalu dipikirkan pemulihannya. Jadi kita ini sedang kejar-kejaran dengan masalah dan memikirkan pemulihannya, itu yang sedang dan terus dilakukan," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani berharap APBN sudah mulai sehat, sehingga memiliki defisit yang hanya 1,76 persen dengan keseimbangan primer mendekati nol.
Sebab, kebutuhan anggaran dalam upaya penanggulangan Covid-19 ini memang didasarkan pada beberapa sektor, seperti misalnya sektor kesehatan dan jaring pengaman sosial atau bantuan sosial (bansos).
Selain itu, ada juga sektor lainnya dalam upaya tersebut, yang dinilai penting bagi pemerintah untuk menggerakkan kembali roda ekonomi. Misalnya seperti dukungan bagi dunia usaha berupa insentif perpajakan, hingga fasilitas untuk keringanan kredit.
"Maka di situlah kita harus bisa menjaga dan mengelola keuangan negara dengan benar," ujarnya.