Bangun Taman Sains dan Teknologi, RI Berguru ke Swiss

Seminat Inovasi Taman Sains dan Teknologi Kemenristek
Sumber :
  • VIVA.co.id/Afra Augesti

VIVA.co.id – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menyatakan hingga akhir 2019, diharapkan sebanyak 22 Science Techno Park atau STP lahir di Indonesia. Pemerintah menginginkan STP tersebut mampu menghadirkan usaha pemula berbasis teknologi. 

Kemenristek Akui Gagal Wujudkan 100 Science Techno Park

Untuk mewujudkannya, Kemenristekdikti mencanangkan sejumlah strategi, salah satunya bersinergi dengan negara-negara yang sudah berpengalaman dalam pembangunan STP seperti Swiss, Jerman, Swedia, dan Taiwan.

Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Pendidikan Tinggi Kemristekdikti, Patdono Suwignjo menyampaikan, pembangunan STP merupakan suatu hal yang besar, karena membutuhkan waktu cukup lama untuk menyempurnakannya.

Pusat Peraga Iptek 'Lahir' di Semarang

"Negara lain butuh 28 hingga 35 tahun untuk membangun STP. Karena STP itu sesuatu yang besar. Kami berkolaborasi dengan Swiss untuk menggali kisah sukses negara tersebut membangun dan mengoperasikan STP," ujarnya di sela seminar internasional bertema ‘How Science and Techno Parks Propel Innovation: Swiss and Indonesian Experience’ di Auditorium Gedung D Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta, Kamis 13 Juli 2017.

Dalam kerja samanya dengan Swiss, Patdono menyatakan, pemerintah akan memagangkan calon pengelola STP untuk menambah keterampilan, transfer teknologi, dan berbagi kiat sukses dalam mengelola serta menarik industri masuk ke STP. Sementara itu, Kemenristekdikti menjadi koordinator pembangunan STP yang melibatkan berbagai kementerian dan lembaga.

Bangun Science Technopark, UGM Ingin RI Mandiri dari Impor

"Selain menghasilkan pengusaha pemula berbasis teknologi, STP juga mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah. Kami akan gunakan segala strategi dan usaha untuk menyukseskan pembangunan STP," ucapnya.

Sementara itu, Head of International Relations Swiss State Secretariat for Education, Research and Innovation Mauro Moruzzi menyebutkan, perusahaan pribadi di Swiss telah bekerja sama dengan banyak perguruan tinggi. Kampus dan lembaga riset selanjutnya akan memberikan hasil temuannya kepada industri.

"Hubungan antara dunia akademi dan ekonomi sangat penting untuk laju pertumbuhan sebuah negara. Indonesia telah memperlihatkan pertumbuhan dan potensinya untuk pengembangan riset serta inovasi," katanya.

Dalam kesempatan itu pula, negara benua Eropa tersebut juga mengisahkan pengalamannya dalam mewujudkan inovasi yang kompetitif.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya