Jangan Alergi Sama Robot, Berpikirlah 'Out of The Box'

Ilustrasi perakitan smartphone di Cikarang, Jawa Barat.
Sumber :
  • Dokumen Kemenristek

VIVA – Indonesia memasuki revolusi industri keempat. Artinya, seluruh kegiatan bisnis bertransformasi ke digital, di mana perubahan tersebut mempengaruhi batasan seperti pengetahuan, kemampuan serta alat kerja yang digunakan.

Cek Bendungan di Gorontalo Bareng Rachmat Gobel, Jokowi: Proyeknya Selesai Akhir 2024

Duta Investasi Presiden RI untuk Jepang, Rachmat Gobel mengatakan, era teknologi termasuk robotisasi jangan dianggap menggantikan peran manusia. Sebab, penggunaan teknologi dalam industri seperti manufaktur atau kecil menengah, tidak dapat dihindari. Rachmat menuturkan, teknologi memiliki manfaat besar apabila digunakan sesuai dengan kebutuhan.

"Apalagi kalau quantity atau jumlah produknya semakin besar. Robot berperan untuk menjaga standarisasi. Jadi kualitasnya tidak turun," kata dia di Jakarta, Kamis, 11 Januari 2018.

Gobel Luncurkan Buku Ketiga Sebagai Anggota DPR

profil tokoh Rachmat Gobel.

Rachmat Gobel.

Investasi Rp1,4 T di Gorontalo, Rachmat Gobel Gandeng Anak Muda Jadi Agen Perubahan

Mantan Menteri Perdagangan ini menegaskan, jika ingin memenangkan pertarungan, maka jangan alergi sama teknologi. Karena, tidak akan dapat tuh namanya added value. Berfikirlah out of the box. Teknologi bisa menciptakan lapangan kerja baru," ujarnya menambahkan.

Ia lalu mencontohkan memproduksi baterai, di mana hanya dalam satu menit harus menghasilkan 3.000-5.000 pieces. Dengan demikian, kegiatan bisnis bisa terus bertumbuh, tetap eksis dan mampu berkompetisi.

Selain itu, Rachmat optimistis kalau Indonesia berpeluang memacu pertumbuhan ekonomi antara 7 persen hingga 8 persen.

"Tantangan dan hambatannya memang banyak. Tapi, peluang yang tersedia besar, tinggal kita mau tidak memanfaatkannya. Kekayaan sumber daya alam dan jumlah penduduk yang besar adalah dua hal yang menjadi kekuatan Indonesia." 

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan, revolusi industri keempat memiliki potensi terhadap pendapatan negara sebesar US$600 miliar atau sekitar Rp10 ribu triliun. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya