Benarkah Suhu Dingin di Bumi Akibat Aphelion?

Ilustrasi jarak Bumi dengan Matahari.
Sumber :
  • IBTimes UK

VIVA – Jumat hari ini, 6 Juli 2018, Bumi berada di titik terjauhnya dengan Matahari dibandingkan dengan waktu lainnya selama satu tahun, atau disebut Aphelion. Kejadian ini tepatnya akan terjadi sekitar pukul 23.45 jelang tengah malam.

Matahari Putra Prima Ditinggal Resign 3 Bosnya, Ada Apa?

Namun, di mata pengamat astronomi, Avivah Yamani, kejadian ini merupakan hal biasa yang selalu dialami Bumi setiap tahunnya. Karena, Orbit Bumi saat mengelilingi Matahari berbentuk lonjong bukan bulat sempurna. Selain itu, akan ada periode di mana Bumi berada di titik terjauh (Aphelion) dan terdekat (Perihelion).

"Jadi, Aphelion terjadi setiap bulan Juli. Kalau Perihelion datang setiap bulan Januari," kata Avivah kepada VIVA, Jumat, 6 Juli 2018. Ia menambahkan, titik terjauh Bumi akan berada pada jarak sekitar 152,09 juta kilometer jauhnya dari Matahari.

5 Negara Tanpa Malam, Matahari Hampir Tidak Pernah Terbenam

Artinya, terdapat perbedaan 2,5 juta kilometer dari jarak rata-rata biasanya Bumi, yaitu 150 juta kilometer. Meski begitu, baik Aphelion dan Perihelion, tidak memiliki banyak perbedaan dengan rata-rata jarak Bumi-Matahari seperti biasanya, namun hanya memiliki perbedaan dua persen.

Walaupun berada pada titik terjauh dari Matahari, bukan berarti Bumi akan mengalami suhu yang lebih dingin. Dalam postingan di akun Facebooknya, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin, justru membantah ada hubungan suhu dingin di Indonesia dengan peristiwa Aphelion.

Gerhana Matahari Total Bakal Hadir di Indonesia, Cek Jadwalnya

Ia menegaskan, suhu udara dipengaruhi oleh distribusi panas di Bumi. Hal ini diakibatkan oleh perubahan tahunan posisi Matahari.

"Saat ini matahari berada di sebelah utara, sehingga belahan selatan mengalami musim dingin. Tekanan udara di belahan selatan juga lebih tinggi dari utara. Akibatnya, angin bertiup dari selatan ke utara," demikian kata Thomas dalam tulisannya.

Di Indonesia, ia melanjutkan, tiupan angin dari arah selatan ke utara mendorong awan dan mengakibatkan musim kemarau. Angin yang bertiup dari Australia yang sedang mengalami musim dingin mengakibatkan Pulau Jawa mengalami suhu udara yang dingin. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya