Drama Hoax Ratna Sarumpaet, Begini Hasil Analisa di Media Sosial

Ratna Sarumpaet.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Galih Pradipta

VIVA – Drama Ratna Sarumpaet akhirnya berakhir sudah. Aktivis perempuan itu mengaku berbohong setelah bercerita ke beberapa tokoh wajahnya bonyok dianiaya beberapa orang.

PDIP Bisa jadi Oposisi, Bantu Pemerintah Mengkoreksi Bukan Saling Berhadapan

Ratna sudah meminta maaf, pun demikian dengan kubu koalisi opisisi pemerintahan. Kubu ini kompak meminta maaf, setelah gencar menyampaikan keprihatinan atas kisah penganiayaan Ratna tersebut. 

Prabowo Subianto langsung memecat Ratna dari tim suksesnya. Nah apakah kisah hoax Ratna ini berdampak pada reputasi Prabowo sebagai calon presiden?

Video Anak Kecil Mengendarai Sepeda Motor, Ada Risiko Hukumnya

Analisis media sosial Drone Emprit memantau percakapan tentang kisah Ratna yang berakhir hoax tersebut. Ada beberapa temuan menarik yang dihasilkan dari Drone Emprit, sejak kabar ini muncul, viral dan kebohongan terbongkar. 

Pengembang Drone Emprit, Ismail Fahmi mengungkapkan, selama munculnya kabar Ratna sampai terbongkarnya hoax tersebut, setidaknya ada tiga puncak percakapan di media sosial, khususnya di Twitter. 

Bagi Mardani Ali Sera, PKS Harus Oposisi: Kita Beda dengan 02, Landasan Berpikir dan Asumsinya

Ismail mengatakan tiga puncak yang dimaksud yakni pertama, saat Prabowo menggelar konferensi pers soal penganiayaan Ratna pada Selama malam 2 Oktober 2018.

Puncak percakapan kedua terjadi sehari setelahnya, yakni saat polisi menggelar konferensi pers hasil temuan kasus Ratna serta saat Ratna mengakui kebohongannya dalam jumpa pers. 

Momen puncak ketiga yakni saat Prabowo secara terbuka meminta maaf kepada publik dalam konferensi pers Rabu malam 3 Oktober 2018. Tiga momen puncak ini, kata Ismail, menyimpan narasi dan pola percakapan masing-masing. 

Narasi puncak pertama

Pada momen puncak pertama ini ditandai dengan Prabowo menggelar konferensi pers penganiayaan Ratna ini. Jagat media sosial menyambutnya dengan keriuhan. 

Dalam peta analisis media sosial Drone Emprit menunjukkan, kluster pro oposisi dominan dibanding kluster pro petahana dalam percakapan di media sosial. Hal ini terlihat dari jumlah volume percakapan dan jumlah akun.  

Dari hasil analisis, Ismail menuliskan, kluster pro oposisi mencoba mengangkat isu HAM dan demokrasi atas kisah Ratna tersebut. 

"Pada hari ini, terasa sekali tudingan yang sangat deras dan keras dari para tokoh oposisi terhadap demokrasi dan HAM. Yang ujungnya adalah menyalahkan Jokowi," tulis Ismial dalam akun Facebooknya. 

Kluster pro petahana yang kalah dalam volume dan jumlah percakapan, menyampaikan narasi bantahan dari kluster oposisi, bahwa kisah Ratna itu bertujuan memojokkan rezim meski belum tentu kebenarannya. Sebab masih sebatas pengakuan dari Ratna. 

Narasi puncak kedua

Drama berlanjut meski berganti hari. Mulai pagi hari sudah mulai beredar tanda-tanda pengakuan Ratna menjurus hoax. Sampai akhirnya diakhiri pengakuan Ratna yang memang telah berbohong. 

Setelah Prabowo menggelar meminta maaf, dinamika percakapan di media sosial berganti. Kluster pro petahana kini berbalik mendominasi percakapan dari sisi jumlah dan volume. Postingan kluster ini menunjukkan bukti-bukti kebohongan Ratna. 

Sedangkan kluster pro oposisi mengikuti Prabowo, kompak meminta maaf. Fase ini membuat percakapan makin riuh. Namun didominasi oleh kluster pro petahana. 

Narasi puncak ketiga

Pada momen ini, peta analisis media sosial yang dipantau Drone Emprit menunjukkan perubahan. 

Kluster oposisi menyampaikan permintaan maaf PS, dan langsung memecat Ratna yang berbohong. Selain itu ada juga yang mempertanyakan keluarnya laporan dari polisi kepada publik. 

Ismail menganalisis, dari pergeseran topik dan angle percakapan, narasi yang ingin dibangun kubu oposisi adalah Ratna berbohong sedangkan Prabowo adalah korban kebohongan Ratna. 

Kubu ini juga berani mengakui kesalahan dengan meminta maaf karena telah menyebarkan berita bohong dari Ratna, meski terkesan mereka tidak tahu sebelumnya bahwa ini adalah kebohongan.

Permintaan maaf dan pemecatan Ratna mendapat acungan jempol. Langkah ini, menurut Ismail, merupakan langkah yang baik bagi citra kubu tersebut. 

"Saya lihat, tim PS dalam hal ini telah berusaha mengerjakan tugasnya dengan baik. Ini akan terjaga, jika mereka tetap bisa low profile dan tidak kemudian menyalah-nyalahkan pihak lain misal kubu petahana," tulisnya. 

Ismail berpandangan, dengan narasi tersebut kubu oposisi hendaknya sebaik mungkin mengelola krisis yang terjadi dengan langkah yang tepat. Yakni mengelola krisis ini dengan besar hati, tegas, penyayang, berani mengakui kesalahan, fokus serta sungguh-sungguh memperbaiki tim, dan tidak menyalah-nyalahkan kubu lain.
 
"Ini bukan pekerjaan yang mudah karena bisa jadi masih banyak anggota tim pemenangan yang bicaranya ceplas-ceplos seperti ndak pakai mikir, apalagi kelak bikin hoax baru. Ini bisa menggerus kepercayaan publik," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya