#UninstallBukalapak dan #UninstallJokowi, Milenial Tolak Diadu Domba

Pakar Media Sosial Drone Emprit, Ismail Fahmi.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Misrohatun Hasanah

VIVA – Pakar media sosial dari Drone Emprit, Ismail Fahmi, mempertanyakan maksud dari pendukung kubu calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 yang menyerang marketplace Bukalapak.

Perumnas Investasi Rp 537 Miliar Bikin Apartemen di Cengkareng, Wamen Tiko Pede Diminati Milenial

Ia mengatakan masalah Bukalapak berkesinambungan dengan generasi milenial, lantaran mayoritas dari mereka menjadi pelapak di platform tersebut. Namun kini masalah tersebut sudah masuk ke ranah politik dan tidak bisa dipisahkan.

Menurutnya, tahun ini menjadi tahun pertama generasi milenial untuk memilih presiden dan calon presiden. Dengan begitu, seharusnya pendukung kubu petahana merangkul lebih banyak, dan bukan menyerang lewat tagar #UninstallBukalapak.

Rawat Kesehatan Mental, Maybelline Beri Akses Konseling Gratis buat Gen-Z

"Sebenarnya mereka sudah melakukan tugas yang bagus dalam merangkul generasi milenial. Tapi yang saya enggak paham kenapa Bukalapak diserang? Ini enggak masuk akal. Buntutnya, mereka mencari tahu profil bos Bukalapak ini sampai ketahuan kalau dia pernah bersama PKS," kata Fahmi di Hong Kong Cafe, Jakarta, Jumat, 15 Januari 2019.

Ia menegaskan bahwa generasi milenial tidak menyukai 'perang' kubu capres 01 dan 02. Mereka justru mengharapkan informasi yang akurat dan masuk akal. "Mereka lebih suka disajikan informasi yang benar seperti eSports, entrepreneur. Pokoknya yang sifatnya netral. Mereka enggak suka perang," ungkapnya.

Jaringan Internet Jadi Daya Tarik

Asal muasal masalah ini muncul setelah Pendiri dan Kepala Eksekutif Bukalapak, Achmad Zaky, membuat diskusi panjang mengenai alokasi dana riset dan pengembangan di era industri 4.0. Ia menaruh harapan kepada presiden baru. Sontak pernyataan itu mendulang protes dari pendukung kubu 01.

Kemudian, muncullah #UninstallBukalapak yang menjadi viral sejak Jumat pagi ini. Namun, menjelang siang tagar itu hilang. Kemungkinan hilang karena ada sekawanan pengguna Twitter yang melaporkan tagar tersebut lantaran mengandung kata-kata kasar atau serangan.

"Menjelang salah Jumat tagarnya hilang, tapi tergantikan dengan #UninstallJokowi. Itu emak-emak yang mulai menyerang. Selesai Jumatan kedua kubu mulai ngegas lagi," papar Ismail. (ann)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya