Kotoran Astronot, Misteri Terbesar di Alam Semesta

Astronot.
Sumber :
  • Innovation News Network

VIVA – Para ilmuwan telah menganalisis kotoran astronot untuk lebih memahami perubahan yang dialami tubuh manusia saat isolasi di ruang angkasa. Pada 2010, enam astronot relawan menghabiskan 520 hari di kompleks tertutup di Rusia, sebagai bagian dari eksperimen Mars500, yang menguji efek isolasi yang diperpanjang pada tubuh dan pikiran manusia.

Astronot Muslim yang Sudah Mencicipi Luar Angkasa, Ada Sultan Beneran

Peneliti di Universitas McGill, Kanada, kemudian kembali ke satu bagian data tertentu yang tidak dianalisis pada saat itu, yakni sampel feses yang diambil dari astronot, melansir dari laman Metro, Jumat, 30 April 2021.

Baca: Para Pramugari Ini Dibekali Ponsel Terlaris di Dunia

Kain Kafan Sutra Dipakai untuk Bungkus Jenazah di Luar Angkasa

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menguji kesehatan mental, massa tubuh dan kekuatan otot. Peneliti juga mengambil sampel kotoran untuk mengukur perubahan pada bakteri usus, yang dianggap terkait erat dengan kesehatan secara keseluruhan.

Keenam peserta dalam proyek yang berbasis di Rusia menunjukkan perubahan mencolok pada mikrobiota usus yang bisa berdampak besar bagi kesehatan jangka panjang. Padahal belum diketahui secara tepat hubungan antara bakteri usus yang berbeda dengan kesehatan.

Hidup Astronot Terancam

Para ilmuwan lalu menemukan ada penurunan bakteri usus baik yang membantu memecah makanan, mencegah peradangan usus dan membantu pencernaan. Tapi mereka menemukan ada peningkatan bakteri baru, yang fungsinya tidak sepenuhnya dipahami oleh mereka.

Lebih dari 10 persen bakteri yang ditemukan tidak diketahui, dan lebih dari 200 bakteri berbeda tampaknya dibagi di antara enam astronot, menunjukkan bahwa manusia yang tinggal bersama akan mengembangkan bakteri usus yang serupa dari waktu ke waktu.

"Apa yang membuat kami penasaran adalah peningkatan signifikan spesies mikroba yang tidak diketahui, yang telah diamati dalam studi terbaru lainnya menggunakan teknologi metagenomik. Tapi itu masih menjadi misteri," kata penulis studi Frederic Pitre.

Studi yang diterbitkan dalam Computational and Structural Biotechnology Journal, akan membantu badan antariksa seperti NASA dan ESA melindungi astronot dari efek yang lebih merugikan karena menghabiskan waktu yang lama saat melakukan perjalanan luar angkasa.

NASA dan SpaceX sedang menyusun misi berawak ke Mars dalam waktu dekat. Tetapi, dengan teknologi saat ini, misi tersebut mengharuskan astronot untuk duduk di kapal setidaknya selama sembilan bulan sebelum mencapai planet merah.

Ini bukan pertama kalinya peran kotoran dilihat dalam perjalanan luar angkasa. NASA telah mempertimbangkan untuk mengubah kotoran astronot menjadi makanan, sementara toilet antigravitasi telah menjadi subjek banyak fokus ilmiah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya