5 Fakta Miris Industri Film Porno Jepang, Tak Sekadar Seks

Ilustrasi film porno.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Bukan rahasia lagi, jika Jepang adalah salah satu negara yang terkenal paling "rajin" memproduksi film biru atau film porno. Film porno Jepang, secara eksklusif lebih dikenal dengan nama JAV, atau Japan Adults Video. Tak jarang pemain JAV terlihat hidup dengan mewah, bahkan sering terlihat berfoya-foya dan tentunya terkenal.

Terima Kunjungan LBBP Jepang, Menaker Berharap Kerja Sama Ketenagakerjaan Indonesia-Jepang Meningkat

Namun, dibalik hal-hal tersebut, industri porno ini juga memiliki fakta kelam tersendiri, bahkan bisa dibilang miris. Berikut faktanya:

Banyaknya Perdagangan Perempuan

Pemprov DKI Jakarta Dukung Kerja Sama Proyek MRT Berkonsep TOD dengan Jepang

Ilustrasi pencabulan wanita

Photo :
  • Istimewa/Supriadi Maud/VIVA.
So Sweet! Perjuangan Brandon Salim Berangkat ke Jepang Demi Lamar Kekasih

Hal ini tentu sangat miris. Di seluruh dunia, perdagangan wanita atau manusia tentu adalah illegal dan kriminal tinggi. Tak sedikit wanita yang awalnya ditawari sebagai model atau pragawati, namun malah "dijual" ke industri film panas. 

Ini diungkapkan oleh salah satu korban penipuan oleh pihak agenci yang tak bertanggungjawab. Wanita tersebut bernama Kurumin Aroma. Perempuan Jepang tersebut melakukan wawancara dengan The Guardian bahwa ia dipaksa untuk menjadi bintang porno oleh suatu agensi. Ia awalnya ditawari untuk menjadi model. Belakangan akal bulus agensi itu pun diketahui Kurmin ketika ia disodori kontrak dan diancam agar mau beraksi dalam film porno. 

Kurumin tentu tak sendiri dan bukan satu-satunya korban. Pada 2016, 100 perempuan mengadu kepada sebuah yayasan bantuan bernama Lighthouse. Yayasan ini berfokus mendukung korban perdagangan manusia itu mengungkapkan bahwa jumlah tersebut meningkat dari 62 laporan yang diterima pada 2015. Bahkan, pada 2014 mereka hanya mendapat 36 laporan.

Ilustrasi aktris JAV

Photo :

Semua korban mengaku diancam, biasanya secara hukum dan finansial, jika tak mau berakting dalam film porno. Dikutip dari Japan Times, Shihoko Fujiwara yang merupakan perwakilan dari Lighthouse, berkata:

Para korban dirayu untuk menandatangani kontrak untuk menjadi model pakaian atau diberitahu bahwa mereka akan berakting dalam sebuah film. Ketika mereka datang ke lokasi, mereka diberi naskah porno dan disuruh untuk beraksi dalam film porno. Mereka memohon untuk pulang tapi produser atau studio mengancam memberikan penalti senilai jutaan yen atas tuduhan pelanggaran kontrak. Mereka digunakan seperti produk dengan konsekuensi panjang terhadap pendidikan, karir, serta pernikahan.

Dalam beberapa kasus, ketika para wanita mencoba melarikan diri dari lokasi syuting, mereka dipenjara dan ditahan paksa di kamar hotel atau dibawa ke tempat-tempat terpencil yang tidak memungkinkan untuk melarikan diri.

Banyak Pemeran Porno yang Dilecehkan 

Ilustrasi pelecehan seksual.

Photo :
  • Unsplash

Lantaran mereka selalu berperan menggoda, nampaknya image ini akan selalu menempel pada para pemain saat di dunia nyata. Akibatnya banyak orang yang menganggap para aktris perempuan itu adalah wanita gampangan.

Banyak laporan pelecehan yang diberikan tidak digubris oleh pihak kepolisian mengingat profesi mereka tersebut. Akhirnya para artis hanya bisa pasrah karena hukum tidak memihak pada mereka.

Menyumbang Pendapatan Negara

Tokyo, Jepang

Photo :
  • jw-webmagazine.com

Saking banyaknya peminat film porno Jepang, bahkan JAV sangat terkenal di dunia, setelah Amerika. Barangkali tak ada negara yang paling diuntungkan dari industri porno selain Jepang. Takashi Kadokura, seorang pakar ekonomi bahkan punya istilah untuk ini: sexnomics. Artinya, seks menjadi sumber pendapatan negara. Industri ini menyumbang puluhan triliun rupiah per tahun ke pemerintah.

Eksploitasi pornografi di Jepang sampai pada skala di mana ada sebuah festival tahunan yang menjadi tempat berkumpulnya pecinta pornografi dari seluruh dunia. Adult Treasure Expo, pertama kali diadakan pada 2007 dan dibungkus seolah-olah seperti festival anime dan game, padahal acara tersebut untuk memamerkan segala produk porno milik Jepang. 

Acara Adult Treasure Expo, Jepang

Photo :
  • japantrends.com

Mayoritas pengunjungnya adalah laki-laki. Para perempuan berpakaian seksi dijadikan pajangan untuk memuaskan tatapan penuh hasrat dari kaum adam. Para wanita berlenggak-lenggok di panggung atau sekadar menawarkan mainan seks kepada para pengunjung.

Potensi Besar Terkena Penyakit Menular Seksual

Seperti yang kita ketahui, kehidupan para aktris dan aktor sangat erat dengan penyalahgunaan seksual. Seringnya berhubungan badan dengan banyak orang membuat para pemain rentan terkena penyakit kelamin seperti HIV, Herpes hingga kencing nanah. 

Bahkan ada beberapa pemain film panas ini meninggal lantaran penyakit berbahaya tersebut. Dr Sharon Mitchell, mantan aktris porno dan pendiri Adult Industry Medical Healthcare Foundation, mengatakan 66 persen pemain film dewasa terkena herpes, dan 7 persen terkena HIV AIDS serta terkena penyakit kelamin lainnya.

Tak Sedikit yang Dianggap Memalukan

Maria Ozawa alias Miyabi bintang porno Jepang

Photo :
  • shiroeten.com

Ketika sudah terjun ke dunia film panas, maka susah untuk keluar. Bahkan, jika sudah keluar dan pensiun dari peran tersebut, image pemain film porno pasti sudah melekat dan sulit untuk dihilangkan. Contohnya, mantan pemain JAV, Emiri. Melalui channel Youtube AsianBoss, ia menungkapkan keluh kesahnya selam menjadi bintang film porno. Kekasih Emiri saat itu marah besar bahkan hampir membunuhnya dan juga hampir membunuh dirinya sendiri ketika mengetahui Emiri menjadi bintang JAV.

Ibu kandung Emiri bahkan tak mau menganggapnya sebagai anak lagi. Sang ibu memblokir telepon Emiri selama 6 bulan dan tak mengizinkannya pulang ke rumah. Emiri mengaku saat itu ia merasa sangat stres. Butuh waktu panjang sampai akhirnya sang ibu mau menerimanya kembali. Sang ibu merasa malu karena anak perempuannya memilih karier di bidang tersebut.

Stres yang Berkepanjangan

Ilustrasi stres.

Photo :
  • Pixabay

Emiri mengungkapkan bahwa ia tak bisa tidur sama sekali menjelang syuting film porno perdananya. Setelah proses syuting berakhir, emosinya terasa campur aduk dan bahkan sempat menangis setelah syuting usai.

Menurut Emiri, banyak dari mereka yang malah menangis di tengah berjalannya proses syuting, bahkan setelah bertahun-tahun bekerja di industri tersebut. Emiri sendiri sempat merasa menyesal walaupun ia merasa apa yang ia lakukan bukanlah sebuah kesalahan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya