Alphabet Induk Usaha Google Resmi Pecat Manusia Rekrut Robot

Kepala Eksekutif Google Sundar Pichai.
Sumber :
  • Twitter/@sundarpichai

VIVA Tekno – Alphabet, induk usaha Google, resmi melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) 12 ribu karyawan. Seperti dikutip dari situs The Straits Times, Sabtu, 21 Januari 2023, keputusan ini diambil dengan dalih dampak dari ekonomi global.

Terancam PHK Massal, Ratusan Karyawan Polo Ralph Lauren Demo di Depan MA

Raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) itu kini dilaporkan akan terus menggunakan kecerdasan buatan (AI) setelah memberhentikan belasan ribu karyawannya untuk mendukung keberlangsungan proyek mereka.

Adapun dalam PHK ini tercatat mempengaruhi enam persen tenaga kerjanya. Sebelumnya, PHK massal juga dilakukan di Amazon.com, Microsoft Corp., dan Meta Platforms.

Gibran Bereskan Pekerjaan Wali Kota usai Putusan MK, Siapkan Investasi Kecerdasan Buatan

Mereka ramai-ramai melakukan PHK karena dipicu pandemi Covid-19 yang membuat ekonomi melemah. Bos Alphabet Sundar Pichai mengaku dalam memo internal kalau dirinya bertanggung jawab penuh atas PHK tersebut.

"Untuk mempertajam fokus kami, merekayasa ulang basis biaya kami dan mengarahkan bakat dan modal kami ke prioritas tertinggi kami, karena Alphabet ingin mengilhami produknya dengan lebih banyak AI," ujarnya.

Google Fires 28 Employees Because of Nimbus Project

Dengan keputusan PHK Alphabet ini menandakan ada empat perusahaan teknologi terbesar AS yang memangkas 51 ribu karyawan dalam beberapa bulan terakhir.

"Sektor teknologi sedikit seperti burung kenari di tambang batu bara," kata Ekonom Stuart Cole dari Equiti Capital. Ia juga meyakini kalau PHK massal raksasa teknologi menandakan bahwa prospek keamanan pekerjaan akhirnya mulai menjadi lebih negatif.

Sebelumnya, isu Alphabet akan memecat karyawan sudah berhembus sejak November 2022. Di bawah sistem baru, para manajer dilaporkan telah diminta untuk mengkategorikan enam persen tenaga kerja Alphabet – setara dengan sekitar 10 ribu sampai 12 ribu orang – sebagai karyawan yang berkinerja buruk.

Sistem ini juga dapat mengurangi jumlah insentif dan stock award yang diberikan kepada karyawan. Perusahaan menghadapi beberapa tantangan pada 2022. Mulai dari dampak pandemi Covid-19 hingga inflasi yang merajalela.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya