Teknologi Biometrik Wajah untuk Distribusi Kartu Prakerja Dinilai Tepat Sasaran

Teknologi face recognition atau pengenalan wajah.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA Tekno - Teknologi biometrik telah banyak diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Di beberapa negara, itu bahkan menjadi bagian integral dari layanan publik serta pemerintahan, termasuk Indonesia yang menerapkannya layanan publik berbasis online, mulai dari e-KTP, pemeriksaan imigrasi, boarding kereta api, hingga verifikasi bantuan sosial.

Perusahaan Ini Berani Mengubah Model Teknologi

Direktur Teknologi Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Kementerian Koordinator Perekonomian, Samsu Sempena menjelaskan bahwa verifikasi identitas berbasis biometrik adalah aspek yang sangat penting bagi layanan publik, terlebih untuk memastikan apakah betul penerima bantuan dana APBN seperti Kartu Prakerja tepat sasaran.

“Didukung teknologi liveness detection, kita memastikan bahwa orang yang difoto itu memang adalah orang sesungguhnya. Jadi kalau dia kasih foto hasil cetak atau misalnya memakai topeng, itu tidak akan lolos dari pengecekan liveness," jelasnya dalam konferensi pers pada Jumat, 31 Maret 2023.

Indonet Resmikan Layanan Digital Terbaru EDGE 2 dengan One-Stop Solution

Samsu menambahkan kombinasi kedua metode verifikasi biometrik yakni liveness detection dan face recognition adalah bagian dari proses verifikasi identitas yang aman.

“Ini adalah mekanisme yang dilakukan di Prakerja untuk memperketat tahap verifikasi. Masih ada beberapa lagi tindakan verifikasi yang dilakukan sebetulnya. Tapi biometrik yang kita lihat paling efektif dan ampuh untuk melakukan pengamanan data ini," ujarnya.

Lagi, Bank Mandiri Raih Peringkat Satu Bank Pelat Merah Terbaik Versi Forbes

Kartu Prakerja

Photo :
  • Istimewa

VIDA sebagai penyedia layanan identitas digital menyampaikan beberapa faktor untuk memastikan kelancaran teknologi biometrik wajah. Head of Product VIDA Ahmad Taufik menjelaskan faktor pertama yakni akurasi data, kini dapat ditunjang oleh teknologi kecerdasan buatan. 

“Ketika face recognition itu dilakukan, platform harus memastikan bahwa yang bersangkutan lah yang melakukan proses onboarding, disitulah kegunaan metode liveness detection," katanya dalam kesempatan yang sama.

Faktor kedua tentang seberapa besar tingkat kepercayaan pihak yang melakukan verifikasi, dan bagaimana mereka dapat menjaga data pribadi, atau digital trust.

Sebagai Penyelenggara Sertifikat Elektronik (PSrE), perusahaan menjaga data pribadi pengguna dan digunakan hanya untuk keperluan pengguna dengan menerapkan enkripsi end-to-end bagi seluruh transmisi data. 

Berbekal sertifikat elektronik, mulai dari verifikasi, keputusan otentikasi layanan digital, hingga proses tanda tangan elektronik, VIDA memastikan persetujuan atau consent ada pada pengguna sepenuhnya.

VIDA merupakan PSrE pertama di Indonesia yang memperoleh akreditasi tertinggi dari WebTrust untuk penerapan standar keamanan internet global. VIDA juga berpartner dengan berbagai platform digital populer untuk menerapkan biometrik wajah dan liveness detection.

Ilustrasi face recognition atau pemindaian wajah.

Photo :
  • Freepik/gstudioimagen

Dalam memberikan layanan verifikasi identitas online (VIDA Verify), VIDA juga tercatat sebagai penyelenggara Inovasi Keuangan Digital (IKD) terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada klaster e-KYC dan Regulatory Technology.

Lebih lanjut, Taufik menjelaskan bahwa Indonesia telah menerapkan teknologi biometrik dalam skala besar, salah satunya data kependudukan nasional yang menyimpan data wajah, sidik jari, dan juga iris. 

“Praktiknya dari ketiga data tersebut, wajah adalah yang paling efektif, efisien, dan memiliki tingkat usability (penggunaan) yang tinggi. Untuk meng-capture wajah itu cukup menggunakan kamera, dan kamera itu ada di handphone. Kalau menggunakan biometrik fingerprint, kita memerlukan handphone dengan kriteria khusus, yang ada finger scan-nya, apalagi iris,” jelas Taufik.

Pentingnya kehadiran teknologi yang inklusif itu disetujui Bank Dunia. I Gede Putra Arsana - Senior Financial Sector Specialist World Bank menjelaskan bahwa verifikasi digital identitas telah menjadi salah satu isu penting di berbagai negara. 

Gede menjelaskan bahwa di Singapura, 97 persen penduduk dewasa sudah menggunakan SingPass sebagai digital ID secara online, dengan transaksi sudah lebih dari 300 juta kali dalam satu tahun. Adanya identitas digital dengan model seperti ini dapat mendorong transformasi digital di berbagai sektor seperti keuangan, kesehatan, perpajakan, bansos dan lainnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya