Teknologi Ini Bisa Amankan Cadangan Beras

Ilustrasi beras
Sumber :
  • Pixabay

Jakarta, VIVA – Pengamat kebijakan publik Bambang Haryo Soekartono menyambut baik rencana pemerintah untuk melakukan pencetakan 3 juta lahan sawah.

UMKM Bisa Lebih Hebat! Begini Manfaat Teknologi dalam Manajemen Karyawan

Meski begitu, ia menekankan ada yang lebih prioritas dibandingkan melakukan pencetakan lahan, yaitu memaksimalkan pengelolaan lahan pertanian yang ada.

Saat ini, ada sekitar 70 juta hektare lahan tanam di Indonesia, baik untuk sawit maupun tanaman lainnya. Dari total lahan tanam tersebut, 10,2 juta hektare adalah lahan sawah untuk menanam padi.

Apa yang Terjadi Setelah Perusahaan Telekomunikasi melakukan Merger? 10 Keuntungan yang Bikin Pelanggan Senang!

"Normalnya, dalam satu hektare sawah bisa menghasilkan 8 ton gabah setiap kali panen. Dengan 10,2 juta hektare sawah akan bisa menghasilkan 81,4 juta ton gabah atau setara dengan 56 juta ton beras," kata dia.

Dengan 56 juta ton beras ini maka seharusnya bisa mencukupi kebutuhan beras nasional, yang pada 2023 tercatat hanya 35,3 juta ton, sehingga masih memiliki sisa atau cadangan beras sebesar 20,7 juta ton.

TKDN untuk Industri Teknologi Dipertimbangkan Naik

"Itu baru satu kali panen. Di Indonesia seharusnya bisa dua atau tiga kali panen. Anggaplah dua kali panen secara normal. Artinya, kita bisa mendapatkan produk per tahunnya 112 juta ton beras. Kalau berpatokan pada kebutuhan nasional yang 35,3 juta ton maka ada cadangan beras sebanyak 76,7 juta ton," tuturnya.

Menurut Bambang, sebenarnya teknologi penyimpanan beras sudah ada dan bisa membuat beras bertahan selama lima tahun. Seperti yang sudah ada di Badan Urusan Logistik atau Bulog.

Dengan menggunakan teknologi cocoon atau pengemasan dengan bahan semacam plastik yang akan menyungkup beras sehingga kualitas beras dapat terjaga pada waktu tertentu.

Adapun metode penyimpanan dengan cocoon ini merupakan cara menyimpan beras dan biji-bijian dengan cara menjaga kadar karbondioksida (CO2) pada titik tertentu dan meminimalisasi oksigen.

Dengan kontrol CO2 dan oksigen yang minimal, tidak ada kesempatan bagi hama untuk hidup dan mengganggu atau menurunkan mutu beras.

Penyimpanan dengan cocoon terbilang ramah lingkungan karena tidak ada lagi perlakuan dan perawatan menggunakan obat-obatan kimiawi.

Apabila dalam penyimpanan konvensional perlu perlakuan "spraying" dan fumigasi dengan bahan kimia, selama tersimpan dalam sungkup plastik cocoon, tidak diperlukan lagi perlakuan tersebut.

Selain itu, pemerintah perlu melakukan pendampingan, baik sumber daya manusia (SDM) maupun infrastruktur dan perlengkapan alat produksi pertanian.

Mulai dari sistem pengairan yang teratur, diberikan bibit unggul, pupuk yang cukup sesuai kebutuhan, obat obatan dan penanggulangan hama, permodalan lewat KUR (kredit usaha rakyat), serta pendampingan dan riset tanah agar Ph atau tingkat keasaman tanah sesuai dengan kebutuhan dunia pertanian.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya