AS Tuding China Sebarkan Virus WannaCry

Tampilan komputer yang telah diserang oleh virus Ransomware Wannacry.
Sumber :
  • VIVA.co.id/lemsaneg.go.id

VIVA.co.id – Konsultan keamanan internet, Flashpoint, mengklaim bahwa virus ransomware WannaCry yang menyerang Windows berasal dari China bagian selatan.

Kelompok Ini Angkat Hacker Jadi Karyawan, Targetnya Pemerintah

Hal ini berdasarkan pada analisa kepemilikan terhadap bahasa yang dipakai untuk memeras korban serangan malware itu.

Mengutip situs South China Morning Post, Senin, 29 Mei 2017, Flashpoint, yang berbasis di Amerika Serikat, mengklaim bahwa bahasa tersebut ditulis oleh peretas (hacker) 'penutur asli China beraksen selatan'.

Awas, Dark Web Makin Mengganas

"Itu di daerah sekitar daratan China selatan, Hong Kong, Singapura, atau mungkin Taiwan," demikian keterangan Flashpoint. Meskipun laporan sebelumnya menuding Korea Utara sebagai penyebar malware.

Akan tetapi, Flashpoint dengan ‘tegas dan kepercayaan yang tinggi’ menyebut China pelaku serangan teroris siber tersebut.

Soal Dugaan Sistem IT KAI Kena Serangan Ransomware, Manajemen Gelar Investigasi

Flashpoint juga mengungkapkan bahwa catatan tebusan ditulis pertama kali dalam Bahasa China, lalu diterjemahkan secara manual ke Bahasa Inggris, dengan menggunakan Google Translate.

"Terdapat salah ketik dalam catatan. Contohnya bang zu bukan bang zhu, yang berarti 'bantuan'. Sangat mengindikasikan bahwa catatan tersebut ditulis menggunakan sistem input Bahasa China lalu diterjemahkan dari versi yang berbeda," ungkap Flashpoint.

"Teks menggunakan istilah-istilah tertentu yang selanjutnya mempersempit lokasi geografis. Satu istilah, libai yang artinya 'minggu', lebih sering terjadi di China selatan, Hong Kong, Taiwan, dan Singapura".

Akan tetapi, tudingan Flashpoint dibantah Guru Besar Bahasa China dari Universitas Jimei, Zhang Kefeng. Ia tidak yakin 100 persen dengan hasil analisa perusahaan tersebut.

"Kata 'libai' tidak hanya digunakan di China selatan. Banyak daerah di utara menggunakan kata itu dalam berkomunikasi setiap hari," paparnya.

Menurutnya, sulit untuk melihat perbedaan geografis dalam Bahasa China yang ditulis saat ini, terutama kalangan orang berpendidikan. Ia mengatakan orang dengan aksen yang berbeda cenderung menulis dengan gaya yang sangat mirip. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya