Teknologi Ini Bisa Tahu Wajah Orang Meski Tertutup Rapat

Face recognition ketika pandemi Virus Corona COVID-19.
Sumber :
  • China Daily

VIVA – Memasuki era new normal atau kenormalan baru menggunakan masker wajah adalah keharusan bagi semua orang. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (the US Centers for Disease Control and Prevention) telah merekomendasikan agar semua orang memakai masker wajah sebagai bagian dari memerangi penyebaran wabah COVID-19.

Bandara Soekarno-Hatta Adopsi Layanan saat Piala Dunia 2022 Qatar

Seperti dikutip dari situs CNET, Senin, 8 Juni 2020, pandemi yang disebabkan oleh Virus Corona itu telah menewaskan lebih dari 397 ribu orang di seluruh dunia. Bahkan, baru-baru ini, Badan Kesehatan Dunia atau WHO juga mengubah pedoman dan merekomendasikan penggunaan masker wajah yang lebih luas.

Salah satunya mendorong pemerintah agar warganya memakai masker wajah di mana ada penyebaran luas dan jarak fisik yang sulit. Berdasarkan penelitian dan bukti terbaru, WHO juga menyarankan bahwa masker kain harus terdiri dari setidaknya tiga lapisan bahan yang berbeda.

Penerapan Fitur Geofencing dan Face Recognition untuk Melacak Kehadiran Karyawan

Bicara protokol kesehatan COVID-19, saat ini ada teknologi bernama Secure Accurate Facial Recognition (SAFR) 2.0 untuk membantu perusahaan menghadapi new normal akibat pandemi Virus Corona.

Menurut situs Findbiometrics, SAFR adalah teknologi pengenalan wajah (facial recognition) menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang mampu mengetahui wajah seseorang yang menggunakan masker dengan akurasi tinggi.

TransJakarta to Use Face Recognition System: Stop Sexual Harassment

Teknologi ini juga mampu mengenali wajah orang yang menggunakan topi, kacamata, dan bahkan orang yang menggunakan hijab sekalipun. Hal itu karena SAFR memiliki akurasi mencapai 99,87 persen berdasarkan hasil tes oleh National Institute of Standard and Technology (NIST) pada Juli 2019.

Melihat hasil laporan NIST untuk kategori Wild Faces itu, maka SAFR hanya membutuhkan waktu 100 milidetik saja untuk dapat mengenali wajah seseorang dan hingga saat ini algortima pengenalan wajah SAFR adalah yang tercepat di dunia.

"SAFR 2.0 bisa membantu pemantauan petugas di lapangan menjadi lebih efisien dan produktif. Misalnya, jika tertangkap oleh kamera CCTV ada orang yang tidak menggunakan masker, maka SAFR dapat mengirim peringatan," kata Senior Director PT RealNetworks Indonesia, Ria Tanusendjaja.

Ia melanjutkan, notifikasi peringatan tersebut dapat dikirimkan melalui berbagai macam media pesan instan saat ini seperti WhatsApp, Telegram ataupun media komunikasi sejenis.

Selain itu, ungkap Ria, SAFR juga bisa dimanfaatkan untuk pengurangan kontak fisik dalam membantu pencegahan penyebaran COVID-19, seperti pergantian mesin absensi barbasis fingerprint dengan pengenalan wajah, peralihan penggunakaan kartu atau tombol pada pintu, serta gate dengan menggunakan pengenalan wajah.

"Tidak hanya wajah, SAFR dapat membantu pemantauan terhadap objek manusia di dalam suatu lokasi. Jika tedeteksi jumlah orang yang sangat banyak, maka SAFR bisa memberi peringatan atau mengirimkan notifikasi kepada petugas untuk melakukan pembatasan," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya