Kontroversi Nuklir Jadi Energi Hijau

Energi nuklir.
Sumber :
  • DW

VIVA Tekno – Dorongan untuk melabeli gas alam dan nuklir sebagai energi hijau untuk menarik lebih banyak investor swasta mendapat perlawanan keras. Namun, anggota Parlemen Uni Eropa (UE) akhirnya memberikan lampu hijau.

Menlu Iran soal Senjata Pemusnah Massal: Penggunaan Nuklir Hanya untuk Tujuan Damai

Parlemen Eropa resmi mendukung proposal mengenai pelabelan gas alam dan pembangkit listrik tenaga nuklir sebagai investasi ramah iklim. Komisi Eropa merilis proposal, yang secara resmi disebut taksonomi Uni Eropa, pada Desember 2021 sebagai daftar kegiatan ekonomi yang dapat diberi label dan dipasarkan oleh investor sebagai label hijau.

Sebuah mosi untuk memblokir proposal ini telah mendapat dukungan 278 suara dan 328 suara menentang di Parlemen Eropa, sementara 33 anggota parlemen lainnya abstain, seperti dikutip dari situs Deutsche Welle, Jumat, 8 Juli 2022.

Demi Alasan Keamanan, Polandia Siap Tampung Senjata Nuklir NATO

Lalu, sebanyak 20 dari 27 negara anggota UE menentang proposal tersebut untuk disahkan menjadi undang-undang. Proposal tersebut awalnya mendapat perlawanan di antara beberapa negara anggota UE, dengan satu kubu yang dipimpin oleh Prancis sangat mendukung label hijau untuk gas alam dan energi nuklir.

Sementara itu, Jerman yang telah menghentikan pembangkit listrik tenaga nuklirnya, menentang rencana tersebut. Beberapa kelompok lingkungan dan anggota parlemen Uni Eropa juga mengkritik rencana yang dijuluki "greenwashing" bahan bakar fosil dan energi nuklir.

Terkuak Deretan Negara Ini Ternyata Jadi Penyokong Senjata Canggih ke Israel

Greenwashing adalah istilah suatu strategi pemasaran dan komunikasi suatu institusi untuk memberikan citra yang ramah lingkungan, baik dari segi produk, nilai, maupun tujuan perusahaan tanpa benar-benar melakukan kegiatan yang berdampak bagi kelestarian lingkungan.

Austria dan Luksemburg bahkan telah berjanji untuk menuntut UE jika rencana itu menjadi undang-undang. Namun, proposal tersebut mendapat dukungan dari mayoritas Partai Rakyat Eropa kanan-tengah, kelompok anggota parlemen terbesar di Parlemen Eropa.

Anggota parlemen dari kelompok Renew Europe yang berhaluan tengah sebagian besar mendukung proposal tersebut, sementara Partai Hijau dan Sosial Demokrat sebagian besar menentangnya.

Sebanyak 353 anggota parlemen, yang merupakan mayoritas dari 705 anggota parlemen, suaranya diperlukan untuk menggagalkan rencana itu. Pengurangan tajam dalam pasokan gas Rusia ke Eropa dalam beberapa pekan terakhir telah memicu penentangan terhadap rencana untuk memberi label gas sebagai produk ramah lingkungan.

"Ini politik kotor dan merupakan hasil yang keterlaluan untuk memberi label gas dan nuklir sebagai label hijau dan membuat lebih banyak uang mengalir ke peti perang Putin," kata juru kampanye keuangan berkelanjutan Greenpeace Uni Eropa, Ariadna Rodrigo. "Kami akan melawan ini di pengadilan," tambahnya.

Paul Tang, seorang anggota parlemen Uni Eropa Belanda dengan Sosial Demokrat kiri-tengah, telah mengkritik rencana tersebut karena dipengaruhi oleh "lobi dari Gazprom dan Rosneft," keduanya perusahaan energi milik negara Rusia. Tang juga mengecam langkah itu sebagai "melembagakan greenwashing."

"Sekarang penting untuk mencegah pemungutan suara ini menjadi preseden bagi negara lain untuk meredam ambisi iklim," tegasnya. Christophe Hansen, seorang anggota parlemen Uni Eropa konservatif dari Luksemburg, mengatakan hasil pembahasan akan membuat taksonomi "yang usang".

"Kami mengorbankan masa depan hingga saat ini dengan memasukkan gas dan nuklir ke dalam taksonomi. Kepicikan ini merusak kredibilitas dan daya tahan taksonomi sebagai kompas jangka panjang bagi investor," jelas Hansen.

Bogdan Rzonca, anggota Parlemen Eropa dari Polandia untuk partai sayap kanan Hukum dan Keadilan (PiS), mengatakan negara-negara Uni Eropa yang kurang kaya membutuhkan investasi swasta dalam gas dan tenaga nuklir untuk dapat beralih dari batu bara.

Gilles Boyer, anggota Parlemen Eropa dari Prancis dengan grup Renew, mengatakan bahwa memenuhi permintaan energi dengan energi terbarukan dalam jangka panjang "akan ideal, tetapi itu tidak mungkin sekarang."

Perdana Menteri Ceko, Petr Fiala, yang negaranya baru saja mengambil alih kepresidenan bergilir Uni Eropa, mengatakan pemungutan suara ini adalah "berita bagus" untuk Eropa. "Ini membuka jalan menuju swasembada energi yang sangat penting untuk masa depan kita," tutur dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya