Mengenal dan Penyebab Terjadinya Turbulensi

Keadaan Singapore Airlines mengalami turbulensi.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

VIVA Tekno – Satu penumpang meninggal dunia dan sejumlah lainnya luka-luka setelah pesawat Singapore Airlines SQ321 dengan rute penerbangan London-Singapura mengalami turbulensi parah. Pesawat pun melakukan pendaratan darurat di Bangkok, Thailand.

Timses Milenial Prabowo-Gibran Bakal Buka Peluang Kerja Sama dengan Anak Muda se-Asean

Apa itu turbulensi dan apa penyebabnya? Mengutip situs BBC, Jumat, 24 Mei 2024, turbulensi dapat menggoyangkan pesawat dan menyebabkan perubahan ketinggian secara tiba-tiba.

Simon King, ahli meteorologi BBC Weather yang juga mantan perwira Royal Air Force, menyebut sebagian besar turbulensi terjadi di awan di mana terdapat arus udara naik dan turun.

Singapore Airlines Tawarkan Ganti Rugi hingga Rp 421,9 Juta ke Korban Turbulensi

Sebagian besar turbulensi ini tergolong ringan, tetapi saat terjadi di awan yang lebih besar – seperti awan badai Cumulonimbus – pergerakan udara yang kacau dapat menyebabkan turbulensi tingkat sedang atau bahkan parah.

Ada jenis turbulensi lain yang disebut turbulensi "udara jernih". Sesuai namanya, turbulensi ini terjadi di tempat tanpa awan dan tidak bisa dilihat. Turbulensi jenis ini jauh lebih merepotkan karena sangat sulit dideteksi.

Airlangga Gerak Cepat Temui Tiga Pemimpin Singapura, Ini yang Dibahas

Akademisi penerbangan dan pilot komersial Guy Gratton mengatakan jenis turbulensi ini terjadi di sekitar arus jet (jet stream), "sungai" udara yang mengalir cepat dan biasanya ditemukan di ketinggian 40.000-60.000 kaki.

Gratton menyebut perbedaan kecepatan antara udara di jet stream dan udara di sekitarnya bisa mencapai sekitar 160 kilometer per jam. Gesekan di sekitar arus jet antara udara yang lebih lambat dan lebih cepat – sehingga menyebabkan turbulensi.

Turbulensi ini selalu ada dan bergerak, sehingga sulit dihindari. Gratton mencontohkan ketika pesawat terbang dari Eropa ke Amerika Utara, maka sulit untuk sepenuhnya menghindari turbulensi “udara jernih”. Ini dapat menyebabkan periode turbulensi parah.

Bagaimana pilot menangani turbulensi?

Pilot mendapatkan perkiraan penerbangan khusus sebelum lepas landas – termasuk data meteorologi. Pilot-pilot dapat mempelajari informasi ini ketika merencanakan rute mereka.

Dengan data awal ini, mereka seharusnya bisa menghindari badai petir yang terisolasi. Namun, turbulensi "udara jernih" agak lebih sulit untuk dihindari. Gratton mengatakan pesawat yang lebih dulu terbang di rute yang sama juga akan melaporkan adanya turbulensi.

Kalau ada laporan ini, maka pilot setelahnya akan mencoba menghindari area turbulensi atau memperlambat pesawat untuk mengurangi dampaknya. Awak pesawat juga dilatih tentang cara menangani turbulensi.

Penumpang disarankan tetap memakai sabuk pengaman dan tidak meletakkan benda berat di luar tempatnya. Pilot menyarankan penumpang untuk selalu memakai sabuk pengaman, utamanya karena turbulensi tidak dapat diprediksi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya