Stillsuit, Seragam yang Bisa Mengubah Urine jadi Air Minum

Stillsuit, seragam astronot yang mengubah urine jadi air minum.
Sumber :
  • Karen Morales/Claire Walter

VIVA Tekno – Dalam dunia fiksi ilmiah, konsep teknologi canggih sering kali menjadi inspirasi bagi inovasi nyata.

Kenali Penyakit Batu Ginjal, IDI Lombok Tengah Berikan Informasi Pengobatan

Salah satu contohnya adalah "stillsuit", sebuah seragam yang dapat mengubah urine menjadi air minum, yang diambil dari novel fiksi ilmiah klasik Dune.

Kini, teknologi tersebut sedang dikembangkan menjadi kenyataan untuk membantu para astronot dalam menjalani misi luar angkasa yang lebih panjang dan berkelanjutan.

Kenali Gejala Sulit Buang Air Kecil, IDI Dompu Berikan Informasi Pengobatan

Prototipe stillsuit ini dirancang untuk mengumpulkan urine, memurnikannya, dan mengembalikannya kepada astronot melalui tabung minum dalam waktu lima menit.

Para peneliti berharap pakaian ini dapat digunakan dalam program Artemis NASA, yang bertujuan mempelajari cara hidup dan bekerja di dunia lain dalam jangka waktu lama sebelum akhir dekade ini.

PNM Tanggap Atasi Krisis Kekeringan di Gili Ketapang, Kirimkan Bantuan 100 Galon Air Minum

Stillsuit, seragam astronot yang mengubah urine jadi air minum

Photo :
  • Karen Morales

Sofia Etlin, seorang peneliti di Weill Cornell Medicine dan Cornell University, menjelaskan bahwa desain stillsuit ini mencakup kateter eksternal berbasis vakum yang terhubung ke unit osmosis maju-mundur gabungan. Sistem ini menyediakan pasokan air minum terus-menerus dengan berbagai mekanisme keamanan untuk memastikan kesejahteraan astronot.

"Desainnya mencakup kateter eksternal berbasis vakum yang mengarah ke unit osmosis maju-mundur gabungan, memberikan pasokan air minum terus-menerus dengan berbagai mekanisme keamanan untuk memastikan kesejahteraan astronot," kata Sofia Etlin, seorang peneliti di Weill Cornell Medicine dan Cornell University serta salah satu perancang pakaian ini yang dikutip dari The Guardian pada Kamis, 18 Juli 2024. 

Stillsuit, seragam astronot yang mengubah urine jadi air minum

Photo :
  • Claire Walter

NASA sedang mempersiapkan misi Artemis III pada tahun 2026, dengan tujuan mendaratkan kru di kutub selatan bulan dan merencanakan misi berawak ke Mars pada tahun 2030-an. Saat ini, urine dan keringat sudah didaur ulang secara rutin di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Namun, Etlin menekankan bahwa sistem yang lebih efisien dan portabel diperlukan saat astronot berada di luar angkasa dalam ekspedisi yang lebih panjang.

Saat ini, astronot hanya memiliki satu liter air dalam kantong minum di dalam pakaian mereka. Ini tidak cukup untuk perjalanan ruang angkasa yang direncanakan berlangsung lebih lama, bisa hingga 10 jam atau lebih dalam keadaan darurat. Solusi manajemen limbah saat ini, yang disebut pakaian penyerap maksimal (MAG), pada dasarnya adalah popok dewasa yang sering bocor, tidak nyaman, dan tidak higienis. Beberapa astronot bahkan mengalami infeksi saluran kemih (UTI) akibat penggunaan MAG.

"Jika Anda memberikan miliaran dolar kepada NASA, Anda akan berpikir mereka tidak akan tetap menggunakan popok," kata Etlin. Banyak astronot mengeluhkan ketidaknyamanan dan kebocoran dari MAG, dengan beberapa membatasi asupan makanan dan minuman sebelum perjalanan luar angkasa untuk menghindari masalah tersebut.

Stillsuit yang diusulkan terdiri dari cangkir pengumpul silikon yang sesuai dengan genitalia dan terhubung ke pompa vakum yang diaktifkan oleh kelembaban. Setelah urine terkumpul, sistem penyaringan yang menggunakan osmosis akan memurnikan air dengan efisiensi 87%. Proses ini hanya membutuhkan waktu lima menit untuk memurnikan 500 ml urine. Air yang telah dimurnikan dapat diperkaya dengan elektrolit dan dikembalikan kepada astronot sebagai minuman energi.

Sistem ini berukuran 38cm x 23cm x 23cm dan memiliki berat sekitar 8 kg, cukup ringan dan kompak untuk dibawa di punggung pakaian antariksa. Tim peneliti berencana merekrut 100 sukarelawan di New York pada musim gugur untuk menguji kenyamanan dan fungsionalitas sistem ini.

Prof Christopher Mason dari Weill Cornell Medicine, penulis senior studi ini, menekankan pentingnya menguji sistem dalam kondisi simulasi mikrogravitasi. Uji coba ini akan memastikan fungsionalitas dan keamanan sistem sebelum diterapkan dalam misi ruang angkasa yang sebenarnya.

Rincian prototipe ini telah dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Space Technology. Dengan adanya inovasi ini, para astronot dapat menjalani misi luar angkasa yang lebih panjang dengan lebih nyaman dan aman.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya