Bahtiyar, si 'Pembunuh' Akun Twitter Donald Trump

Bahtiyar Duysak, orang yang pernah menonaktifkan akun Twitter Presiden Trump
Sumber :
  • TechCrunch

VIVA – Tepat awal bulan ini, sekitar 2 November 2017, sekretariat negara di AS kelabakan. Akun Twitter milik presiden mereka tak bisa lagi diakses. Mereka pun melaporkan kepada pihak Twitter.

Harta Kekayaan Elon Musk Lenyap Rp 45 Triliun dalam Sekejap, Ini Penyebabnya

Kejadian itu memang telah berlalu dan akun Twitter Trump telah pulih kembali walaupun sempat nonaktif selama 11 menit. Lalu siapa yang bertanggung jawab terhadap 'mati suri'nya akun Twitter Trump itu?

Laman TechCrunch mendapat kesempatan untuk mewawancarai seorang pria yang diklaim bertanggung jawab terhadap aksi tersebut. Pria itu bernama Bahtiyar Duysak, yang dulu sempat menjadi karyawan Twitter.

Elon Musk Kirim 'Surat Cinta' untuk Pengguna Baru X

Bahtiyar Duysak adalah warga negara Jerman keturunan Turki yang pernah bekerja di Twitter. Namun status dirinya kali itu adalah sebagai pihak ketiga yang bekerja di bawah bendera perusahaan bernama Pro Unlimited.

"Aksi itu murni kesalahan saya yang tidak saya sengaja. Saya tak pernah mengira jika akun itu bisa benar-benar dideaktivasi. Itu merupakan hari terakhir saya bekerja di Twitter dan itu murni tak sengaja," ujar Duysak kepada TechCrunch, Kamis, 30 November 2017.

Viral Isu Poligami, Berikut 5 Fakta Menarik Ustaz Hanan Attaki, Nomor 5 Bikin Terkejut

Duysak mengatakan, dia memiliki hidup yang cukup sibuk di dan bekerja tak kenal waktu. Dia mengaku, kadang merasa lelah saat bekerja sehingga dia bisa saja melakukan kesalahan. "Semua orang melakukan kesalahan. Saya juga," ujarnya.

Dia berkisah, sebelum akun Twitter Trump dinonaktifkan, dia mendapat laporan dari seorang pengguna yang menyebut akun Trump telah melakukan pelecehan di dunia maya. Duysak pun langsung mengerjakan tugasnya, memencet tombo deaktivasi untuk akun yang ternyata milik Presiden AS.

"Lalu saya tutup laptop dan meninggalkan gedung untuk pulang," kata Duysak.

Duysak mengaku tak memiliki motivasi apapun terkait aksi itu. Dia hanya menjalankan tugas. Dia sempat tidak percaya jika akun presiden AS bisa benar-benar nonaktif. 

Keesokan harinya, Twitter pun menginterogasinya. Dia juga mengaku mendapat kabar bahwa FBI sedang mengawasi dirinya namun dia tak percaya. “Saya hanya ingin punya kehidupan yang biasa saja. Saya tidak berniat untuk bekerja di dunia teknologi lagi dalam waktu dekat. Tapi saya masih mencintai Twitter, dan juga Amerika tentunya.” (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya