7 Mitos dan Fakta Bunuh Diri

Ilustrasi depresi.
Sumber :
  • dw

VIVA – Bunuh diri atau suicide adalah tindakan yang dilakukan seseorang untuk mengakhiri hidupnya. Kondisi ini sering dipicu dan berhubungan dengan kesehatan mental seperti depresi, sehingga memicu pikiran untuk bunuh diri atau suicidal

Hal ini bisa terjadi pada siapapun. Tindakan seseorang untuk mengakhiri hidupnya biasanya mulai dari mengonsumsi obat hingga overdosis, menggantung diri, menegak cairan racun, lompat dari tempat tinggi, hingga memotong nadi. 

Aetna adalah sebuah fasilitas kesehatan yang memiliki misi untuk membantu seseorang dengan hidupnya. Aetna sudah membantu banyak sekali orang dengan keinginan bunuh diri dan gejala depresi. Aetna menggandeng Peggy Warner, Head of Clinical Operations and of Organization Risk Management yang juga bekerja di Aetna, mengungkapkan bahwa terdapat mitos-mitos mengenai bunuh diri yang tidak benar. Ia ingin masyarakat mengetahui mitos ini dan akan lebih bisa membantu jika seseorang mengalami suicidal. 

Simak 7 mitos dan fakta mengenai bunuh diri: 

1. Temukan cara untuk bunuh diri

Orang - orang banyak menganggap seseorang yang ingin mengakhiri hidupnya, bagaimana pun akan mencari cara agar bisa bunuh diri. Hal tersebut tak sepenuhnya benar. 

Menurut Wagner, ketika seseorang ada niat untuk bunuh diri, bukan berarti bagaimana pun mereka sudah "bertekad" untuk mati. Padahal, biasanya orang tersebut lebih sering dilanda kebingungan, apakah harus melanjutkan hidup atau mengakhiri hidup. "Mereka, orang - orang yang suicidal, biasanya bimbang. Mereka ada antara ingin hidup dan ingin mati" ungkap Wagner. Jadi, jika menemukan orang yang ingin bunuh diri, baiknya bantu mereka dan ingatkan bahwa masih sangat banyak alasan untuk hidup. 

2. Jangan tanya ke orang depresi

Areum Eks T-ARA Akhirnya Putus dengan Pacarnya Usai Menimbulkan Kontroversi

Topik mengenai kesehatan mental dan menyinggung bunuh diri masih dianggap tabu dan sensitif untuk dibicarakan. Padahal, jika seseorang terlihat depresi dan sangat sangat butuh pertolongan, tak ada salahnya untuk bertanya apakah ia pernah berpikir untuk bunuh diri. 

Menurut Wagner, orang dengan pikiran suicidal akan merasa sedikit lega ketika ditanya mengenai kesehatan mentalnya, karena setidaknya ia bisa berbagi masalah dan keluh kesah yang dipendam. Bahkan, dengan mendengar dan bertanya mengenai kesehatan mentalnya, seseorang yang awalnya berpikir untuk mengakhiri hidup malah berpikir untuk menghentikan niat tersebut karena merasa bahwa ia juga "didengar". 

6 Olahraga Ringan untuk Membakar Kalori dan Mengembalikan Kebugaran Tubuh Setelah Lebaran

3. Datang secara tiba-tiba

Hal ini adalah miskonsepsi dan salah. Karena, menurut penelitian yang dilakukan oleh Aetna, tidak ada orang yang ingin mengakhiri hidupnya secara tiba - tiba. Pasti hal itu dipicu oleh suatu masalah dan mereka berfikir bahwa bunuh diri adalah satu - satunya cara. 

Meli Joker Tewas Bunuh Diri Sambil Live di Instagram, Psikolog Soroti Hal Ini

"Melalui omongan dan tingkahnya, seseorang dengan pikiran suicidal atau bahkan yang sudah bunuh diri, pasti pernah berbicara atau bertingkah bahwa hidupnya sedang tidak baik - baik saja, kepada orang lain" ungkap Wagner. 

Seseorang dengan pikiran suicidal, pasti menunjukkan tanda - tanda, termasuk bercerita kepada orang lain mengenai masalahnya, kesehatan mentalnya, hingga niat untuk mengakhiri hidup. Tanda - tandanya bisa menyendiri dan tak ingin berbaur, mood swings, melamun dan tatapan kosong. 

Menurut Aetna, melihat seseorang dengan tingkah tersebut memang bisa membuat kita menjadi tak nyaman, namun bisa jadi peluang untuk kita membantu dan mencegah sebelum seseorang tersebut bunuh diri. 

4. Pemicu Tak jadi bunuh diri

Dari luar, seseorang bisa terlihat baik - baik saja : selalu tertawa, memiliki pekerjaan yang baik, aktif bersosialisasi, keluarga yang baik, dan hal baik lainnya. Ketika seseorang seperti itu akhirnya memutuskan untuk bunuh diri, tak jarang keluar kalimat "Dia terlihat bahagia dan baik - baik saja, kenapa dia bunuh diri?" 

Wagner menjelaskan bahwa hal yang terlihat dari luar, bisa sangat berbeda di "dalam". Kita tidak tahu bahwa seseorang itu ternyata di dalam selalu menangis, merasa hampa dan segala hal baik yang ditunjukkan hanyalah cover

5. Cuaca dingin

Mitos ini dipercayai oleh banyak orang bahwa ketika musim sedang dingin, maka niat seseorang untuk bunuh diri semakin besar. Padahal hal ini sudah dibantah beberapa kali oleh para ahli

Seseorang dengan pikiran suicidal tidak akan melihat kapan dan cuaca apa yang pas untuk mengakhiri hidupnya. Bahkan, sebenarnya lebih banyak orang yang bunuh diri di musim gugur. 

6. Healing

Hal ini tidaklah sepenuhnya benar. Benar memang ketika seseorang mendapat perawatan dari ahli, ia akan dipantau dan mood akan sedikit membaik dan masalah bisa sedikit terselesaikan. Namun, bukan berarti niat untuk bunuh diri langsung hilang begitu saja. 

Wagner menjelaskan bahwa banyak orang yang malah semakin berfikir untuk mengakhiri hidup, ketika selesai perawatan pertama. "Jadi, penting untuk checking up kepada seseorang tersebut bagaimana perawatan yang sedang ia jalankan dan tetap menyemangatinya agar segera membaik" ucap Wagner. 

7. Kasih nomor hotline

Hal ini tidak benar. Karena, seseorang yang suicidal pasti sudah tahu atau setidaknya mendengar mengenai hotline bantuan ini namun pikiran untuk mengakhiri hidup tetap ada. 

Memang benar, hotline bantuan bunuh diri ini sangat membantu, bahkan Aetna sudah membantu lebih dari seribu orang melalui Aetna's Resources For Living. Namun, hanya sekedar memberikan nomor telfon hotline bantuan sebenarnya tidak membantu sebesar itu. Bantuan yang bisa diberikan, ketika seseorang memberitahui akan mengakhiri hidupnya, adalah datang secara fisik, lalu ajak dia untuk mengunjungi dokter ahli atau jika seseorang tersebut sudah pernah berobat sebelumnya, maka hubungi dokter yang pernah menangani juga bisa membantu. 

Jika kamu memiliki teman, kenalan, saudara atau bahkan dirimu sendiri yang memiliki niat atau pikiran untuk bunuh diri, jangan sungkan untuk meminta bantuan ke nomor 199 ext 8 untuk Kemenkes, atau ke nomor Yayasan Pulih (021) 78842580.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya