Sudah Berusia 121, Ini Sejarah Gereja Katedral Jakarta

Gereja Katedral Jakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Wilibrodus

VIVA – Gereja Katedral Jakarta adalah gereja katolik yang terletak di jantung kota Jakarta. Gereja inj bernama resmi Gereja Santa Maria Diangkat Ke Surga, De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming. Gereja Katedral terletak di wilayah Medan Merdeka, berdampingan dengan Masjid Istiqlal.

Gong Yoo dan Song Hye Kyo Bakal Main Drama Sejarah Bareng

Gedung gereja ini diresmikan pada 1901 dan dibangun dengan arsitektur neo-gotik dari Eropa, yakni arsitektur yang sangat lazim digunakan untuk membangun gedung gereja beberapa abad yang lalu.

Selain menjadi tempat ibadah, gereja ini juga sering didatangi oleh pengunjung, beberapa ada yang karena penasaran dengan kemegahannya, ada juga yang ingin tahu sejarahnya. Kemegahan gereja ini tak bisa dipisahkan dari sejarah gereja yang menghadapi banyaknya lika liku. Berikut sejarahnya.

Kementerian Haji Meminta Jemaah Umrah Harus Keluar dari Arab Saudi pada 6 Juni

Sejarah Gereja Katedral Jakarta

Gereja Katedral adalah gereja Katolik pertama di Batavia. Jelajah Gereja Kuno menceritakan bahwa lokasi awal Gereja Katedral berada di pojok barat daya Buffelvelt (sekarang menjadi gedung departemen agama).

Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II

Pada 1808 Gereja Katedral dilayani oleh Pastor Nelissen dengan bentuk bangunan yang sangat sederhana, yakni rumah bambu berukuran kecil. Gereja Katedral digunakan sebagai tempat ibadah sekaligus rumah tinggal perwira sebagai rumah pastoral. Semua bangunan tersebut dipinjamkan dari pemerintah Hindia Belanda. 

Pada 1810 Pemerintah Hindia Belanda melalui Gubernur Jendral Herman Williem Daendles dari Inggris, memberikan tempat baru untuk Gereja Katedral, tepatnya di kawasan Senen.

Ini juga yang membuat sejarah Gereja Katedral menarik. Gereja Katolik mulai diperhatikan saat peralihan kekuasaan Batavia dari Belanda ke Inggris. 

Lantaran seperti diketahui Belanda pada masa itu menganut agama Kristen Protestan dan Inggris menganut Katolik. Jika dilihat gereja tua di Jakarta dengan usia ratusan tahun kebanyakan adalah gereja Kristen Protestan. 

Setelah dilakukan renovasi di berbagai bagiannya, bangunan di kawasan Senen kemudian dijadikan gereja Katolik dan mampu menampung hingga 200 jemaat.

Pastor Nelissen sendiri yang kemudian memberkati bangunan gereja tersebut, dengan Santo Ludovikus sebagai pelindungnya.

Gereja katolik pertama di Batavia itu berdiri tidak berlangsung lama. Pada 1826 terjadi kebakaran besar yang menghanguskan banyak bangunan di kawasan Senen, termasuk bagian pastoral.

Bangunan gereja tidak ikut terbakar meski mengalami kerusakan di beberapa bagiannya. Pasca kebakaran, bangunan gereja yang rusak tidak direnovasi, mengingat tanah tersebut bukanlah tanah milik gereja. Setelah tragedi yang memilukan tersebut, umat Katolik akhirnya memperoleh tempat yang baru untuk dijadikan gereja.

Pada tahun 1825 – 1830 seorang Komisaris Jenderal bernama Du Bus de Ghisignies yang merupakan seorang Katolik Belgia membebaskan semua orang terutama di Batavia untuk memeluk agama apapun yang diyakini. Ia memberi kesempatan pada Dewan Gereja Katedral untuk membeli tempat baru. Kantor Departemen Pertahanan bekas kediaman panglima tentara bernama Jenderal de Kock 

Gisignies kemudian mendesak Ir. Tromp untuk merancang gereja berbentuk salib yang bercorak barok, gotik dan klasisisme dengan jendela yang bercorak neo-gotik, fasad bergaya barok, pilaster dan sisi kanan serta kiri bercorak klasisistis, menara yang agak pendek ditambah kubah kecil di atasnya. 

Ghisignies memberi hadiah berupa altar agung untuk gereja tersebut, yang diberkati pada tanggal 6 November 1829 oleh Monsigneur Prinsen lalu diberi nama Santa Maria Diangkat ke Surga.

Sekitar 10 tahun kemudian kembali ditemukan bagian – bagian gereja yang mulai rusak, dilihat dari penumpukan pasir dan kapur di dekat sebuah pilar yang membuat para imam cemas, terutama Pastor Kortenhorst. Pada hari yang sama, beliau dan Pastor Luypen memeriksa gereja dan menemukan ada salah satu pilar yang tampak mengkhawatirkan kondisinya serta banyak kapur yang rontok. 

Ketika para pastor memasuki sakristi, bangunan gereja ambruk pada pukul 10.45 pagi dengan kondisi sangat parah sehingga tidak mungkin digunakan untuk penyelenggaraan misa sehingga untuk sementara waktu, misa diadakan di dalam garasi kereta kuda

Perkembangan Gereja Katedral Jakarta Setelahnya 

Pendirian gereja baru kemudian diupayakan dengan penandatanganan kontrak antara Monseigneur Claessens dan seorang pengusaha bernama Leykam pada 1890 tentang pembelian batu bata sejumlah tiga juta, dengan ukuran sesuai contoh yang dilampirkan dan berharga 2,2 hingga 2,5 sen setiap batanya. 

Pembangunan gereja kali ini dilakukan dengan lebih serius dan profesional, terbukti dengan adanya berbagai ketentuan mengenai bahan bangunan tersebut. Misalnya, jumlah batu bata yang retak atau pecah dalam setiap pengiriman tidak boleh melebihi 10%. Pemrakarsa pembangunan gereja dan perancangnya adalah Pastor Antonius Djikmans, seorang ahli pembangunan yang pernah mempelajari kursus mengenai gereja di Paris dan Cuypers di Belanda. 

Peletakan batu pertama dilakukan oleh Carolus Wenneker, seorang pro vikaris. Sayangnya ketika pembangunan sudah berjalan kurang lebih setahun, kurangnya biaya kemudian membuatnya terhenti.

Djikmans kemudian tidak bisa melanjutkan pekerjaan pembangunan ini pada tahun 1894 karena sakit dan kemudian kembali ke Belanda. Pembangunan yang macet membuat misa tetap dilakukan di garasi pastoran, lalu Uskup Mgr E.S.Luypen SJ mengumpulkan dana di Belanda. 

Setelah itu, pembangunan gereja ini diambil alih oleh Cuypers Hulswit hingga diresmikan dan diberkati pada 21 April 1901 oleh Uskup Mgr E.S.Luypen SJ., Vikaris Apostolik Jakarta. Sejak itu Gereja disebut Katedral karena terdapat Tahta Uskup atau Cathedra di dalamnya.

Memasuki Tahun 1920an Hingga 200an

Tahun 1924 dilakukan pentahbisan seorang Uskup untuk pertama kalinya di gereja ini, yaitu Mgr. Anton Pieter Franz van Velsen, kemudian diadakan sidang pertama Majelis Wali – Wali Gereja Indonesia pada tahun berikutnya. 

Kemudian pada tahun 1961, diumumkan bahwa gereja di Indonesia bukan lagi merupakan daerah misi melainkan telah menjadi gereja bagian yang dapat berdiri sendiri setelah kedatangan Kardinal Agaginian pada 1959. Pada tahun 1988 dilakukan pemugaran untuk memperbaiki kerusakan dan membersihkan lumut dan kotoran yang mulai tumbuh dan juga mengecat ulang gereja, membangun gedung pastoran serta gedung pertemuan baru di belakang gereja.

Kunjungan Paus Paulus VI pada 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada 1989 juga ikut menjadi cerita tersendiri pada sejarah berdirinya gereja katedral jakarta. Pembatuan gereja kemudian diresmikan pada 13 Agustus 1988 oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Soepardjo Rustam yang mewakili Presiden Soeharto. 

Kemudian pada tahun 2002 sempat pula dilakukan pembersihan menyeluruh dan juga pengecatan ulang dinding luar gereja untuk kembali membersihkan lumut yang tumbuh di dindingnya dengan cara merambat. 

Gereja Katedral Jakarta Saat Ini

Gereja Katedral saat ini menjadi salah satu Katedral yang paling populer di Indonesia. Saat ini Gereja Katedral bisa dikunjungi wisatawan yang ingin melihat Musem Gereja Katedral yang terletak di lantai 2. 

Apalagi, saat ini terdapat lorong di bawah tanah yang bernama Terowongan Silaturhami, yang menyatukan Katedral dan Istiqlal. Terowongan Silaturahmi dibangun dengan panjang tunnel 28,3 meter, tinggi 3 meter, lebar 4,1 meter dengan total luas terowongan area tunnel 136 m2 dengan total luas shelter dan tunnel 226 m2. Terowongan dimaksud untuk memudahkan para jemaat yang akan melakukan ibadah, baik di Katedral maupun Istiqlal agar mudah untuk memarkirkan kendaraan. 

Gereja Katedral saat ini berusia 121 tahun, dan menjadi saksi sejarah bagaimana sejarah perkembangan agama Katolik di Jakarta.

Pemain Timnas Indonesia U-23, Pratama Arhan

Erick Thohir: Generasi Emas Timnas Indonesia Terus Ciptakan Sejarah Baru

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir mengungkapkan rasa syukur dan bangga yang luar biasa atas keberhasilan Timnas Indonesia U-23 melaju ke babak semifinal Piala Asia U 23 2024

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024