Kuliah Kerja Nyata Tematik USU Diikuti 1.909 Mahasiswa

Peserta Kuliah Kerja Nyata Tematik USU
Sumber :
  • Dok. USU (B.S.Putra)

VIVA Edukasi - Sebanyak 1.909 mahasiswa dan mahasiswi Universitas Sumatera Utara (USU) melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) 2022. Peserta KKNT 2022 diberangkatkan secara bertahap dari tanggal 8 hingga 15 September lalu. 

IOH Kembali Hadirkan INSPIRE, Program Magang untuk Mahasiswa Tingkat Akhir dan Lulusan Baru

Untuk KKNT Reguler, para mahasiswa USU disebar pada 7 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, yakni Karo, Dairi, Samosir, Simalungun, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan dan Padang Lawas. 

Sementara untuk KKNT Diperpanjang juga ditempatkan pada 7 kabupaten/kota, yakni; Medan, Langkat, Binjai, Deli Serdang, Tebing Tinggi, Asahan dan Batubara.

4 Tersangka Pembubaran dan Pengeroyokan Ibadah di Tangsel Termasuk Ketua RT, Ini Perannya

Peserta Kuliah Kerja Nyata Tematik USU

Photo :
  • Dok. USU (B.S.Putra)

Bagi yang ditempatkan di wilayah Kota Medan, tentu tidak banyak adaptasi yang harus dilakukan sepanjang KKNT berlangsung. Namun tidak demikian halnya dengan yang ditempatkan di daerah. Ahmad Tarmizi, adalah salah satunya. 

Soroti Kenaikan UKT, F-PKS DPRD Sumut : Jangan Sampai PTN Menetapkan Melebihi Batas BKT

Mahasiswa program studi Ilmu Hukum USU angkatan 2019 tersebut mendapatkan banyak pengalaman baru selama beberapa hari belakangan. Ia bersama beberapa mahasiswa USU lainnya ditempatkan di Desa Sipira, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. 

Ahmad Tarmizi merupakan satu dari 152 mahasiswa yang berasal dari 3 fakultas, yakni; fakultas hukum, pertanian, dan ilmu budaya yang ditempatkan di Kabupaten Samosir. Para mahasiswa USU itu sebelumnya dibagi menjadi 9 kelompok, untuk 3 lokasi KKNT, yaitu Desa Sipira Kecamatan Onan Runggu, Desa Tomok dan Kelurahan Tuktuk Siadong Kecamatan Simanindo.

Tarmizi memulai kegiatan KKN dari tanggal 21 September 2022 lalu, dan direncanakan akan berakhir pada tanggal 23 Oktober 2022. Ia mengaku banyak pengalaman berkesan yang sudah dilaluinya., seperti memanen tanaman kopi, terong belanda dan alpukat di ketinggian +/- 1200 mdpl. 

“Itu benar-benar pengalaman mengesankan bagi saya. Selain saya memang belum pernah melakukan hal itu sebelumnya, namun juga saat memanen itu sekaligus dapat melihat pemandangan Danau Toba yang indah beserta bukit-bukitnya. Udara juga sangat segar dan alami, berbeda dengan di Kota Medan,” ungkapnya, Jumat 7 Oktober 2022.

Ia menuturkan, rutinitas harian yang dilakukannya selama KKN dimulai dari bangun tidur pukul 06.00 WIB pagi, yang dilanjutkan membereskan tempat tidur masing-masing dan mencuci piring bersama teman-teman satu kelompok. 

Setelah itu, bersama kelompoknya ia mulai melakukan program kerja dari jam 9 pagi hingga 12 siang, sebelum istirahat dan makan siang yang dijadwal pada pukul 12.00 hingga 14.00 WIB. 

Seusai istirahat, mereka kembali meneruskan program kerja sampai pukul 17.30 WIB, yang dilanjutkan dengan sholat Magrib dan Isya berjamaah. Setelah jam makan malam, kegiatan ditutup dengan melakukan evaluasi harian rutin untuk kegiatan esok hari.

Tarmizi memaparkan, selama KKN mereka diajarkan untuk membangun chemistry antar teman supaya bisa diajak bekerja sama dan berkolaborasi dalam membangun desa yang ditempati. Tentu saja prosesnya tidak selalu mulus, di mana selalu ada perbedaan pendapat antar teman. Menyatukan pola pikir dari karakter yang berbeda, terkadang selalu memicu ketersinggungan. 

Menurutnya, banyak ide yang muncul dari teman satu kelompok, tetapi pada hari eksekusi justru mereka menjadi kurang semangat untuk melakukannya, sehingga menghambat atau memperlama selesainya program kerja.

“Maka setiap harinya kami selalu ada evaluasi atau musyawarah untuk memecahkan masalah-masalah yang kami hadapi, dan itu menjadi pengalaman untuk menghadapi persoalan-persoalan lain di hari selanjutnya,” ujarnya.

Sebagai pimpinan di kelompok KKN-nya, Tarmizi merasa bersyukur mendapatkan banyak ilmu leadership, tentang bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Ia juga belajar cara bersosialisasi dengan masyarakat adat yang sangat kontras dengan masyarakat kota. Ia juga belajar cara berkebun dan mengolah kopi dari masyarakat setempat.

“Kami sangat bersyukur masyarakat sangat welcome dengan kedatangan kami di sini. Mereka menyambut kami dengan hangat, bahkan diberikan rumah sewa gratis selama kegiatan KKN berlangsung. Ketika kami melakukan program kerja, seperti membersihkan aliran mata air, kami juga dipinjamkan alat-alat yang diperlukan. Bahkan orang desa juga ikut turun tangan memberi bantuan tenaga,” imbuhnya.

Selama KKN, mereka di salah satu rumah perangkat desa, berupa rumah adat batak. Satu rumah dihuni oleh 17 orang mahasiswa. Salah satu kesulitan yang dihadapi dalam rutinitas sehari-hari adalah persoalan MCK (mandi, cuci, kakus).

“Di minggu pertama kamar mandi tidak bisa dipakai karena tumpat. Lagipula kamar mandi hanya bisa dipakai untuk perempuan. Karena persediaan air juga susah, maka kami yang laki-laki terpaksa mandi di sumber mata air. Di situ jugalah kami mencuci pakaian,” katanya.

Ia berharap, setelah KKN berakhir, semoga USU dapat lebih mendalami atau mensurvei lebih dahulu tema apa yang diberikan untuk setiap desa, agar tema dan program kerja dapat lebih efektif dijalankan dan sesuai dengan apa yang diharapkan mahasiswa, masyarakat serta universitas.

Direktur Direktorat Pengembangan Pendidikan USU, Dr. Muhammad Anggia Muchtar, ST, MMIT, menegaskan bahwa KKN memberikan banyak kontribusi positif bagi para mahasiswa dalam membentuk karakter unggul.

“KKN itu mengajarkan nilai-nilai dan cara bersosialisasi, berkomunikasi, interaksi, dan kemampuan menjadi anak mandiri dalam segala hal. Nilai-nilai revolusi mental, etos kerja, gotong-royong, dan integritas ditanamkan kepada seluruh peserta KKN, sehingga dapat membentuk karakter kuat generasi Bangsa Indonesia di kemudian hari,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya