Kini, Luis Suarez Jadi Musuh Besar Sepakbola

Luis Suarez
Sumber :
  • REUTERS/Phil Noble

VIVAnews - Rasisme di lapangan hijau ibarat pelanggaran keras dan fatal. Pelakunya harus mendapatkan kartu merah alias hukuman berat dan setimpal.

Rasisme seperti juga holiganisme dan pengaturan skor menjadi musuh besar sepakbola. Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) dalam Article 3 Statuta miliknya memang melarang semua bentuk diskriminasi dalam sepakbola.

“Diskriminasi dalam segala bentuknya terhadap suatu negara, pemain secara pribadi maupun kelompok karena etnis, gender, bahasa, agama, politik atau segala macam alasan dilarang dalam sepakbola. Pelakunya layak diberi hukuman dan skorsing." Sejak Resolusi Buenos Aires 2001, FIFA semakin gencar mengkampanyekan antirasisme ini di lapangan hijau.

Tak salah jika Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) menjatuhkan hukuman berat kepada striker Liverpool, Luis Suarez sebagai terpidana rasisme di pentas Premier League. Bukti-bukti yang diajukan dalam beberapa kali kesaksian memang memberatkan Suarez atas tindakan rasis yang dilakukannya kepada bek sayap Manchester United, Patrice Evra. Bintang Liverpool itu dinyatakan bersalah dari divonis harus absen merumput selama delapan pertandingan.

Sebelum menjatuhkan hukuman kepada Suarez, FA melalui Independent Regulatory Commission menggelar rapat pada Selasa 20 Desember 2011.

Selain larangan tampil dalam delapan pertandingan, pemain asal Uruguay itu juga diwajibkan membayar denda sebesar 40.000 poundsterling atau setara Rp559 juta.
 
"Suarez dinilai menghina Evra saat pertandingan. Dia juga menggunakan kata-kata yang mengacu pada warna kulit. Kini, Suarez mendapat peringatan dengan larangan bermain dalam delapan pertandingan serta denda sebesar 40.000 poundsterling. Penalti tersebut masih akan ditunda demi memberikan kesempatan banding," tulis FA dalam pernyataannya seperti dikutip The Sun.

Suarez dan Liverpool memiliki waktu 2 pekan untuk menanggapi hukuman tersebut. Hukuman tersebut belum berlaku sampai permohonan banding keluar.

Tindakan rasis Suarez terhadap Evra terjadi pada Oktober lalu ketika Liverpool menjamu MU di Anfield. Kedua pemain memang sering bersitegang di lapangan ketika pertandingan berjalan. 

Setelah laga selesai, Evra mengaku telah mendapat perlakuan rasis dari Suarez. Menurut pemain asal Prancis itu, tindakan tidak terpuji dari mantan
pemain Ajax Amsterdam itu bahkan dilakukan lebih dari 10 kali. Evra menyebut Suarez menghinanya dengan kata 'negro.'

Tentu saja, Suarez kecewa berat dengan hukuman yang diberikan FA itu. Hukuman 8 pertandingan akan menghilangkan chemistry yang telah terbangun antara pemain 24 tahun ini dengan rekan-rekan barunya di Liverpool. Maklum, ini musim perdana Suarez bersama The Reds.

Sedangkan pasukan Kenny Dalglish juga mulai menunjukkan grafik penampilan meningkat pada laga akhir-akhir ini. Tentu, kehilangan Suarez semakin membuat Liverpool 'ompong' karena uga sudah ditinggal lama Steven Gerrard yang cedera.

Suarez juga mencoreng reputasi apik pada musim perdananya di Inggris. Predikat sebagai Pemain Terbaik dan juara Copa America 2011 seakan luntur dihapus insiden rasis ini. Tentu saja, pemain yang pernah berkunjung ke Indonesia seusai mengantarkan Uruguay menempati posisi 4 Piala Dunia 2010 ini mengaku sangat kecewa.

"Hari ini adalah hari tersulit dan menyakitkan untuk diriku dan keluargaku. Terima kasih atas dukungannya, saya akan terus bekerja keras," tutur Suarez dalam akun twitter miliknya.

"Saya kecewa dengan tuduhan rasis. Saya hanya bisa mengatakan bahwa saya selalu dihormati dan menghormati semua orang. Kita semua sama. Saya pergi ke lapangan seperti anak kecil dan menikmati apa yang saya lakukan. Tidak perlu menciptakan konflik," tutur Suarez di situs pribadinya.

Liverpool pun terpukul. Manajer Kenny Dalglish tahu vonis FA ini akan memukul anak buahnya itu, sehingga ia meminta suporter fanatik Liverpudlian untuk memberikan dukungan kepada Suarez.

"Sangat kecewa dengan vonis hari ini. Inilah saatnya @luis16suarez membutuhkan dukungan penuh dari kita. Mari, jangan biarkan dia berjalan
sendiri," tulis Dalglish dalam akun twitter miliknya menyitir lagu kebangsaan 'You'll Never Walk Alone.' yang selalu dikumandangkan Liverpudlian.

MU Mainkan Mkhitaryan Lagi, Mourinho Tidak Puas

Liverpool Vs FA

Pihak Liverpool murka dan bereaksi keras menanggapi hukuman salah satu pemain terbaiknya itu. Melalui situs resminya, The Reds menilai keputusan FA keterlaluan. Sebab, tak ada saksi yang mendengar Suarez menghina Evra dengan kata itu.

"Kami merasa keputusan ini sungguh luar biasa. Luis dinyatakan bersalah karena pernyataan Patrice Evra sendirian. Padahal, ketika itu tidak ada orang lain di sekitar mereka. Termasuk rekan-rekan setim Evra di Manchester United dan semua ofisial pertandingan yang mendengar pembicaraan antara dua pemain di dekat tribun pendukung Liverpool, ketika tendangan pojok akan diambil," tulis pernyataan resmi The Reds.

Kubu The Reds pun siap mengajukan banding. "Kami akan mempelajari secara rinci alasan Komisi menjatuhkan hukuman, namun kami berhak untuk mengajukan banding atau mengambil aksi lain yang menurut kami berkaitan dengan situasi ini," tulis pernyataan resmi Liverpool.

Dalam situsnya, Liverpool juga menjelaskan kalau mereka adalah klub yang sangat anti dengan rasisme. Mereka juga mengklaim Suarez adalah pemain yang sangat menghargai perbedaan.

Pasalnya, kakek Suarez juga berkulit hitam. Selain itu, Suarez juga pernah menjadi kapten Ajax Amsterdam yang terdiri dari pemain-pemain mulitikultural.

"Bagi kami, tampaknya FA bertekad untuk menghukum Luis Suarez, bahkan sebelum mereka mewawancara dia pada awal November. Ketika proses kesaksian dilakukan, apa yang kami dengar tak mengubah pandangan bahwa Suarez tidak bersalah. Dan, kami akan memberikan Luis dukungan apapun yang sekarang dia perlukan untuk membersihkan namanya."

Rasisme di Eropa

Pemain 'keling' selama ini acap menjadi korban rasisme di Eropa. Di Belgia, Oguchi Onyewu, pemain Amerika Serikat keturunan Nigeria menjadi korban pukulan dan cemoohan fans saat bermain di Standard Liege.

Ia juga terlibat insiden dengan pemain lainnya yakni Jelle Van Damme yang sering menyebutnya 'monyet kotor' di playoff Championship 2008–09. Itu terjadi setelah Onyewu memprotes keputusan wasit. Van Damme membantah ucapannya itu.

Di Jerman, striker tim nasional Der Panzer kelahiran Ghana, Gerald Asamoah seringkali menjadi target pelecehan. Pada 10 September 2006, Hansa Rostock diinvestigasi telah melakukan pelecehan dan terbukti bersalah sehingga didenda $25.000.

Pada 19 Agustus 2007, kiper Borussia Dortmund, Roman Weidenfeller juga diinvestigasi Federasi Sepakbola Jerman (DFB) karena memanggil Asamoah 'babi hitam.'

Di Italia, pada April 2009, striker Internazionale Milan, Mario Balotelli yang juga keturunan Ghana menjadi objek pelecehan fans Juventus. Akibatnya, Juventini dilarang menyaksikan klubnya sekali laga di kandang.

Di Spanyol, pada February 2005, Samuel Eto'o yang masih memperkuat Barcelona menjadi objek pelecehan penonton Real Zaragoza. Fans Zaragoza bertingkah dan berteriak menirukan monyet tiap kali Eto'o membawa bola. Mereka juga melemparkan kacang ke lapangan.

Eto'o mengancam ke luar lapangan di pertengahan laga, tapi ia bisa ditenangkan rekan setim dan wasit agar mengurungkan niatnya. Rekan setimnya, Ronaldinho juga mendapat perlakukan nyaris serupa. Jika Eto'o ke luar lapangan, maka Dinho juga akan mengikutinya. Barcelona menang 4-1, dan Eto'o membalas perlakuan fans itu dengan menari seperti monyet.

Wasit Fernando Carmona Mendez tak memberikan catatan semua insiden itu dalam laporan pertandingan. Ia menganggap perilaku fans itu masih normal.

Tapi, akhirnya fans itu teridentifikasi polisi. Mereka didenda dan dilarang menyaksikan semua event olahraga di Spanyol selama 5 bulan. Eto'o menganggap hukuman itu terlalu ringan. Ia berharap La Romareda, stadion Real Zaragoza ditutup minimal selama setahun.

"Rasisme adalah sesuatu yang diciptakan dan tentu saja bisa dihapuskan," ucap Eto'o.

Pelatih Eto'o saat itu, Frank Rijkaard memintanya untuk berkosentrasi di sepakbola saja dan berhenti bicara tentang insiden itu. Akhirnya, Eto'o hanya berikrar takkan membawa putranya ke stadion. Striker asal Kamerun ini juga menyerukan agar pemain korban rasisme meninggalkan lapangan saat mendapatkan pelecehan.

Beberapa pemain Afrika lainnya juga mendapatkan pelecehan di Spanyol seperti kompatriot Eto'o, Idriss Carlos Kameni. Kiper ini mendapatkan perlakuan rasis ketika memperkuat Espanyol melawan Atletico Madrid. Kubu Atletico akhirnya didenda fined €6.000.

Bek kiri legendaris asal Brasil, Roberto Carlos juga mendapatkan perlakuan rasis ketika bermain di klub Premier League Rusia, Anzhi Makhachkala sejak 12 Februari 2011. Pada laga tandang di Zenit Saint Petersburg, Maret, beberapa pisang dilemparkan ke arah Carlos yang sedang melakukan pengibaran bendera.

Pada Juni, dalam laga tandang melawan Krylia Sovetov Samara, Carlos mendapatkan lemparan pisang di lapangan ketika hendak mengumpan bola.  Pemain 38 tahun ini mengambil pisang itu dan membuangnya. Lalu, Carlos meninggalkan lapangan sebelum pertandingan selesai dan memberikan dua jari ke arah penonton sebagai pertanda telah dilecehkan dua kali sejak Maret.

Penonton Negri Jiran pun sempat melayangkan tindakan rasis pada laga pramusim antara Malaysia XI melawan Chelsea (0-1). Saat itu, gelandang Chelsea asal Israel, Yossi Benayoun menjadi korban.

Benayoun yang Yahudi terus diteriaki penonton Malaysia yang sebagian besar Muslim. Pihak Federasi Sepakbola Malaysia (FAM) akhirnya merilis permintaan maaf.

"Hitam atau putih, kita semua punya darah sepakbola," ujar legenda sepakbola dunia asal Portugal, Eusebio.

Liverpool Tunjuk Direktur Sepakbola untuk Pertama Kali
Manajer Manchester United, Jose Mourinho

Rekor Buruk Mourinho di MU

Dari dua manajer sebelumnya, Mourinho memiliki rekor terburuk.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016