Mampukah Prancis Mengulang Cerita Sukses di Kandang Sendiri?

Pemain Timnas Prancis, Antoine Griezmann, rayakan gol
Sumber :
  • REUTERS/Jean-Paul Pelissier

VIVA.co.id – Tim nasional Prancis memiliki dua cerita sukses kala menjadi tuan rumah kejuaraan sepakbola internasional. Pertama mereka torehkan pada 1984 silam.

Saat itu, Les Blues sukses menjadi juara Piala Eropa untuk kali pertama. Hasil tersebut seakan menjadi hadiah pelengkap karena mereka menjadi tuan rumah sekaligus.

Cerita sukses kedua tak kalah fantastis. Menjadi tuan rumah Piala Dunia 1998, Prancis sukses menggondol gelar juara. Zinedine Zidane dan kawan-kawan ketika itu berhasil melibas Brasil dengan skor 3-0.

Les Blues pada masa itu memang berbeda dengan saat ini. Sebab, selang dua tahun kemudian mereka berhasil mengawinkan gelar Piala Dunia 1988 dengan Piala Eropa 2000.

Generasi emas, begitulah orang-orang memberi cap kepada Les Blues saat itu. Skuad mereka diisi pemain-pemain dengan level kemampuan yang mumpuni.

Akan tetapi, bagi Olivier Giroud hal itu tidak boleh dijadikan beban. Dia merasa tantangan dan tekanan dari para penggemar yang ingin Les Blues sukses patut dijawab dengan prestasi.

"Selalu ada tekanan tambahan kalau ada harapan tinggi. Semakin dekat laga dengan Rumania, tekanan makin terasa. Tapi, sejauh ini tidak ada tensi negatif kok," kata Giroud, seperti dikutip The Guardian jelang Piala Eropa 2016 bergulir.

Giroud pun merasa kondisi tim yang diasuh oleh Didier Deschamps sangat positif. Tanpa ragu dia menyebut rekan-rekannya kini sebaga generasi emas yang dimiliki Les Blues selanjutnya.

"Semangat positif yang diciptakan Didier Deschamps sejak awal sangatlah membantu. Saatnya generasi timnas Prancis masa kini untuk menciptakan sejarahnya sendiri. Tempat ini memang lokasi yang mistis, tapi kami akan mengubahnya untuk memenangkan sesuatu,” tambah pemain asal klub Arsenal itu.

Menjawab Kritik

Fase grup mampu dilewati dengan baik oleh Les Blues. Mereka mengakhiri Grup A Piala Eropa 2016 dengan status juara grup. Dari tiga pertandingan yang telah dilalui, Paul Pogba dan kawan-kawan menorehkan tujuh poin.

Pada pertandingan perdana, Rumania menjadi penantang mereka. Kegugupan nampak jelas terlihat dari skuad Prancis saat menjalani laga tersebut. Setelah unggul 1-0 melalui Giroud, Rumania sempat menyamakan kedudukan.

Beruntung, di menit akhir Dimitri Payet menjadi penyelamat melalui gol indahnya. Tendangan pemain asal klub West Ham United itu sekaligus menutup pertandingan dengan skor 2-1.

Di pertandingan berikutnya, Prancis berhadapan dengan Albania. Para penggemar tuan rumah mesti merasakan kekhawatiran hingga menit akhir. Sebab, tim pujaan baru bisa membobol gawang lawan pada menit ke-89 melalui Antoine Griezmann dan tambahan dari Paul Pogba di menit 95.

Kondisi ini sempat menimbulkan banyak kritik dari publik. Les Blues dinilai bermain tak seperti ekspektasi mereka. Status tuan rumah pun dinilai tak membuat anak asuh Deschamps memiliki motivasi tinggi.

Kejutan, Gol Salto Pemain Disabilitas Sabet Puskas Award 2022

Namun, bagi sang juru taktik kondisi ini justru memperlihatkan skuad asuhannya memiliki mental bertanding yang bagus. "Para pemain bermain dengan hati. Kami tidak memulai dengan cepat dan sering sekali gagal di laga ini, tapi kami juga sedikit beruntung," ujar Deschamps seperti dilansir dari L'Equipe.

Sedangkan Payet memiliki pandangan berbeda. Apa yang terjadi di dua pertandingan sebelumnya, menurut dia merupakan cerminan Prancis selama masa persiapan sebelumnya.

MU Masih Belum Rela Kehilangan Paul Pogba Secara Gratis

"Sejak Maret melawan Belanda, kami menunjukkan selalu bisa meraih kemenangan di penghujung laga. Kami juga selalu mencetak gol di injury time sejak awal kompetisi," Kata Payet dilansir Soccerway.

"Kami selalu bermain sabar (dalam membongkar pertahanan lawan). Kesatuan dan semangat tim menjadi peran yang sangat penting atas kemenangan ini," imbuh pemain berusia 29 tahun tersebut.

Kehadiran Paul Pogba Tak Berguna Lagi untuk MU

Menghadapi pertandingan terakhir Grup A, langkah Prancis sedikit ternoda. Mereka tak mampu menorehkan catatan sempurna di fase ini karena ditahan imbang 0-0 oleh Swiss.

Deschamps pun tak mau mengelak jika hasil imbang dianggap menodai perjalan tim besutannya. Dia dengan tegas mengatakan siap melakukan evaluasi agar bisa bermain dengan lebih baik dari sebelumnya.

"Kami selalu memiliki ruang untuk perbaikan. Penting pada saat ini, melihat hasil yang terjadi. Kami punya 4 peluang emas. Swiss lebih baik dalam penguasaan bola. Namun, mereka tak terlalu banyak mengancam," kata Deschamps seperti dilansir situs resmi UEFA.

"Hal yang sangat penting bisa finis di posisi 1 grup. Ini sangat bagus, meskipun masih ada hal yang harus diperbaiki. Saya melihat setiap pertandingan di Piala Eropa dan semua laga berlangsung ketat," lanjut pelatih berusia 47 tahun itu.

Menjawab Tantangan Selanjutnya

Sebagai pemuncak Grup A, maka Prancis bertemu dengan penghuni peringkat ketiga Grup E, Irlandia. Tim berjuluk The Boys in Green akan menjadi sandungan berikutnya bagi Les Blues.

Bukan tugas mudah bagi Prancis untuk melakoni pertandingan berikutnya. Irlandia terbukti mampu menjungkalkan Italia dengan skor 1-0 di pertandingan terakhir Grup E.

Striker gaek Irlandia, Robbie Keane bahkan sudah berani sesumbar menjelang pertandingan. Dia menegaskan, rekan-rekannya tak pernah gentar menghadapi lawan mana pun, dan siap memberi kekalahan kepada tim-tim unggulan.

"Kami tahu Prancis adalah tim kelas atas, tetapi bila kami tetap bersama-sama dan menyatu seperti yang kami lakukan melawan Italia, kami bisa melukai tim mana pun," ujar Robbie, seperti dilansir Soccerway.

Di kubu Prancis, Pogba yang selama ini menjadi pemain kunci memiliki penilaian lain. Pemain asal klub Juventus tersebut menganggap capaian di fase grup menjadi alasan mereka layak terus melaju hingga ke babak final nanti.

"Kami senang bisa menjadi pemuncak klasemen. Petualangan pun terus berlanjut," ujar Pogba seperti dilansir laman resmi UEFA.

Meski terdengar optimistis, namun Pogba juga mesti tetap waspada. Bukan tanpa alasan alarm itu diarahkan kepada mereka. Sebab, jika nantinya mereka menang atas Iralandia, masih ada tim-tim kuat yang menanti.

Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol merupakan sederet tim unggulan yang kemungkinan akan dihadapi Prancis sebelum mencapai partai puncak. Konsistensi dan perbaikan setiap pertandingan menjadi harga mati bagi Les Blues jika ingin meninggalkan cerita sukses di rumah sendiri untuk ketiga kalinya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya