Industri Kesehatan Hadapi Tantangan Selama Pandemi, Ini Solusinya

Ilustrasi industri kesehatan.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Widiarini

VIVA – Industri kesehatan saat ini menghadapi begitu banyak tantangan, khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu di tengah pandemi yang masih terus menghantui. 

Pemeriksaan Rutin, Raja Salman Sempat Dilarikan ke Rumah Sakit

Berbagai insiden pelayanan kesehatan tidak jarang bermula dari ketidakefisienan di dalam proses bisnis rumah sakit, yang berujung kekecewaan pasien sendiri. Di antaranya adalah antrean panjang bagi pasien untuk mendapatkan pelayanan, tumpukan berkas yang menyita sumber daya fasilitas kesehatan, khususnya waktu untuk memberikan asuhan pasien, dan lain-lain. 

Sementara itu, kemajuan teknologi informasi kesehatan sudah terbukti mampu membantu pemecahan sebagian besar isu pelayanan kesehatan tersebut. Industri kesehatan di Indonesia perlu segera berevolusi dengan bantuan teknologi demi membawa kemajuan-kemajuan pelayanan kesehatan.

Istri Ungkap Kondisi Terkini Parto Patrio Usai Jalani Operasi

Rintisan upaya tersebut terwujud pada 2017 dari PT Citraraya Nusatama (CRN), berupa solusi SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) dengan brand D’Health yang dipasarkan kepada rumah sakit di Indonesia. 

Aplikasi tersebut terus dikembangkan mengikuti standarisasi terbaru dan masukan-masukan dari para profesional medis. Dengan merealisasikan konsep Smart Hospital, pelaku medis bisa memberikan pelayanan kesehatan yang lebih 'human' bagi para pasiennya.

Budi Gunadi Klaim Berhasil Jadi Menkes Karena Jokowi Tidak Pernah Masuk Rumah Sakit

CEO dan Co-Founder CRN, Nico Amon, menjelaskan, contoh pelayanan kesehatan yang lebih 'human' adalah ketika dokter dan perawat bisa benar-benar memberikan perhatian sepenuhnya kepada pasien dan tidak lagi disibukkan dengan kegiatan administratif, karena sudah dibantu dengan SIMRS yang optimal.

"Tim CRN perlu merealisasikan D’Health menjadi solusi SIMRS yang terbaik, yang bukan hanya bisa membantu manajemen rumah sakit agar mengurangi penggunaan dokumen kertas-less paper, tetapi harus bisa sampai mengeliminasi penggunaan dokumen kertas-paperless. Selain itu, D’Health juga perlu dirancang dengan fitur antarmuka yang terbaik agar bisa lebih mudah digunakan para tenaga medis di rumah sakit," kata dia dalam keterangannya, Sabtu 2 Oktober 2021. 

Chief Business Officer (CBO) CRN, Rionald Soerjanto menyatakan, SIMRS D'Health akan banyak membantu rumah sakit dalam meningkatkan produktivitas dengan tetap mengefisiensi biaya, tanpa harus mengorbankan pelayanan pasien. 

"Besar harapan kami dari CRN agar SIMRS D'Health mampu membantu transformasi sekian banyak rumah sakit, terutama ketika semua bisnis diharuskan berkompetisi secara digital," ujarnya. 

Saat ini CRN sudah berhasil mengembangkan tiga solusi teknologi kesehatan selain SIMRS D’Health, yaitu Telemedicine e-Poly dan Laboratory Information System D’Health yang digunakan di hampir 20 rumah sakit di Indonesia. 

Sebagai pemain baru di kancah teknologi informasi kesehatan Indonesia, CRN mendapatkan kepercayaan dari rumah sakit besar di industri kesehatan, seperti Mayapada Healthcare Group, RS Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, RS Umum Adhyaksa, dan beberapa rumah sakit lainnya di Indonesia.

Rionald menambahkan, "Kami pun telah menjalin kemitraan strategis dengan PERSI (Perhimpunan RS Indonesia) dan ARSSI (Asosiasi RS Swasta Indonesia) demi kemajuan industri kesehatan Indonesia.”

CRN memiliki mimpi untuk mendorong terbentuknya ekosistem pelayanan kesehatan yang terintegrasi dari kesehatan konsumen perorangan, baik di tingkat primer dan lanjutan, persediaan peralatan kesehatan, pendidikan, jasa keuangan, hingga pengelolaan kesehatan masyarakat luas.

Dengan informasi yang akurat dan menyeluruh, pengambilan keputusan klinis oleh tenaga kesehatan hingga keputusan strategis di pihak pembuat kebijakan diharapkan bisa memberikan solusi terhadap permasalahan kesehatan yang selalu dinamis.

Semua pihak dapat merasakan pelayanan kesehatan yang tidak saja mudah, namun dengan bantuan teknologi justru menjadi lebih “human”.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya