Bikin Bangga, Peneliti Perempuan di Indonesia Meningkat

Ilustrasi Peneliti Wanita
Sumber :
  • Pixabay/jesicajaew

JAKARTAPerempuan peneliti dibutuhkan, tetapi jumlahnya minim. Dukungan bagi perempuan peneliti untuk berprestasi dan mewujudkan mimpinya dapat menjadi pendorong bagi anak muda meminati penelitian.

Berapa Usia Seseorang Dianggap Tua?

Kuantitas dan kompetensi peneliti perempuan terus menjadi perhatian, karena pada tahun 2021, UNESCO mencatat bahwa hanya 33,3 persen dari peneliti di seluruh dunia adalah perempuan.

Namun di Indonesia, berdasarkan Data Badan Riset dan Inovasi Nasional 2023, terjadi peningkatan persentase perempuan peneliti 45 persen.

Remaja Perempuan 16 Tahun Tewas di Hotel Jaksel Dicekoki Inex dan Sabu

Ilustrasi Penelitian

Photo :
  • uic.edu

“Dukungan fasilitas penelitian, pendanaan, dan lingkungan kerja yang kondusif adalah kunci kesuksesan penelitian. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam menciptakan penelitian yang inovatif, berdampak luas, dan berpotensi mengubah dunia,” ungkap Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Dr. Itje Chodidjah, M.A., dalam keterangan resminya.

Ustaz Khalid Basalamah: Orangtua Gak Wajib Kasih Nafkah ke Anak Laki-laki Jika Sudah Baliqh

Melihat hal tersebut L’Oréal-UNESCO For Women in Science kembali mendukung kiprah para perempuan peneliti Indonesia. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Setidaknya ada empat perempuan yang dianugerahkan gelar L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2023 National Fellows yakni Karlia Meitha, Ph.D. (Institut Teknologi Bandung), Dr. Widiastuti Setyaningsih S.T.P., M.Sc (Universitas Gadjah Mada), Dr. Fitri Aulia Permatasari, M.Eng. (Institut Teknologi Bandung), Pietradewi Hartrianti, S.Farm, M.Farm, Ph.D.(Indonesia International Institute for Life Sciences).

Keempatnya juga mendapat dukungan pendanaan riset sebesar Rp100 juta.

Ilustrasi peneliti di laboratorium sarung tangan steril.

Photo :
  • Dok. Istimewa

“Kami percaya bahwa dunia membutuhkan sains dan sains membutuhkan perempuan. Dalam mencapai kesuksesan program For Women in Science di Indonesia, kami sangat bersyukur atas kemitraan kami dengan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Lebih dari sebatas kemitraan, dengan sinergi ini, kami berkomitmen untuk terus berperan aktif dalam mendorong kenaikan jumlah maupun kapabilitas peneliti perempuan, memajukan dunia sains di Indonesia, dan menjadi katalis lahirnya berbagai inovasi yang akan berguna bagi banyak khalayak,” ungkap President Director, L’Oréal Indonesia, Junaid Murtaza.

Beberapa penelitian keempat perempuan terpilih tersebut antara lain:

1. Karlia Meitha, Ph.D. Dosen dari Institut Teknologi Bandung

Melalui penelitian ini, Meitha melakukan eksplorasi pengembangan biokontrol untuk mengatasi penyakit pada buah kakao, komoditas vital bagi petani di Indonesia.

Biokontrol yang akan dikembangkan terinspirasi dari interaksi alami antara patogen dengan tanaman kakao yaitu komunikasi dengan menggunakan miRNA untuk saling melemahkan satu sama lain.

Dengan memanfaatkan interaksi ini diharapkan biokontrol yang dikembangkan akan bersifat  ramah lingkungan dan spesifik atau tidak mengeliminasi mikroba yang menguntungkan dalam budidaya kakao.

Upaya ini tidak hanya mendukung ekonomi petani, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem kakao dan melindungi kekayaan genetik Indonesia dengan pendekatan yang penuh makna.

Ilustrasi penelitian.

Photo :
  • Pixabay/Herney

2. Dr. Widiastuti Setyaningsih S.T.P., M.Sc, Dosen dari Universitas Gadjah Mada

Berangkat dari keresahan terhadap penurunan kondisi mental masyarakat pasca pandemi COVID-19, Widiastuti memanfaatkan bunga pisang tinggi triptofan sebagai sumber prekursor neurotransmitter serotonin.

Ekstraksi komponen ini dalampengembangan ingredien fungsional, mempermudah formulasinya dengan beragam bentuk produk pangan untuk menjaga kesehatan mental.

Penggunaan bunga pisang juga mendukung program ekonomi sirkuler dengan memanfaatkan limbah  untuk pembuatan produk yang lebih bermanfaat. Persetujuan komite etika memperkuat kelayakan terhadap penelitian yang etis, menjadikan penelitian ini solusi inovatif untuk menjaga kesehatan mental pasca-pandemi.

3. Pietradewi Hartrianti, S.Farm, M.Farm, Ph.D, Dosen dari Indonesia International Institute for Life Sciences

Pietra  meneliti material untuk bio-printing, yaitu teknologi yang mencetak jaringan biologis untuk aplikasi seperti skrining obat, fokus pada pengembangan metode dan material untuk pencetakan jaringan buatan inovatif untuk uji obat kanker.

Penelitian bertujuan menciptakan model 3D jaringan kanker dengan menggunakan keratin dari rambut manusia, meningkatkan akurasi pengujian obat dengan pertimbangan biaya efektif dan dukungan keberlanjutan.

Upaya Pietradewi dalam modifikasi material untuk bio-printing bertujuan meningkatkan efisiensi pengembangan obat kanker yang lebih efektif, memberikan harapan untuk mengatasi tantangan serius kanker secara lebih baik.

4. Dr. Fitri Aulia Permatasari, M.Eng. Dosen dari Institut Teknologi Bandung

Pada tahun 2018, Fitri berhasil merancang material karbon kuantum dot (carbon dots) yang memiliki potensi sebagai agen terapi kanker berbasis fototermal.

Selama 10 tahun meneliti terkait material carbon dots dan berbagai potensi aplikasinya, Fitri melakukan penelitian lanjutan dengan meneliti tentang penggabungan kurkumin, senyawa yang ditemukan dalam kunyit dan memiliki potensi sebagai agen terapi kanker berbasis fotodinamik.

Selain itu, material ini juga berpotensi digunakan sebagai agen yang dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi pengiriman obat serta membantu dalam pelabelan sel-sel kanker. Penelitian ini merupakan langkah penting dalam pengembangan teknologi terapi kanker yang lebih efektif dan inovatif, dengan harapan dapat memberikan manfaat signifikan dalam upaya melawan penyakit kanker.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya