Kisah Cucu Gubernur Sumbar Pindah Agama karena Bingung Isi Al-Quran

Ainun Nurul Rahima Sari pilih pindah agama karena tak paham Al-Quran
Sumber :
  • YouTube DIASPORA TV

VIVA – Ainun Nurul Rahima Sari merupakan cucu dari Gubernur pertama di Sumatera Barat. Ia memiliki kisah soal spiritualnya. Meskipun terlahir Islam, namun ia sekolah di sekolah Katolik

PKB Perkuat Politik Islam dalam Pemerintahan Prabowo-Gibran, Menurut Pengamat

Tanpa disadari oleh keluarga, Ainun Nurul Rahima Sari malah tertarik dengan agama Kristen. Seperti apa kisahnya? Simak ulasan selengkapnya berikut ini.

Islam tapi sekolah Katolik

Mengenal Agama Sikh, Keyakinan yang Dianut Bunga Zainal dan Anak-anaknya

Ainun Nurul Rahima Sari pilih pindah agama karena tak paham Al-Quran

Photo :
  • YouTube DIASPORA TV

Wanita yang kini berusia 70 tahun, Ainun Nurul Rahima Sari atau akrab disapa Sari berbagi cerita spiritualnya di kanal YouTube DIASPORA TV.

Usai Memilih Mualaf, Davina Karamoy Belum Siap Kenakan Hijab

Meski ia terlahir di keluarga Islam, namun keluarganya malah menyekolahkannya di sekolah Katolik. Diketahui bahwa Sari di rawat oleh nenek dan kakeknya lantaran orang tua berpisah.

Sari mulai tertarik dengan Kristen ketika Sekolah Dasar (SD). Ia sangat tertarik menghias pohon natal, hingga nyanyian malam kudus. Rupanya hal ini pernah terdengar oleh kakek dan neneknya. 

Namun sang nenek acuh dengan hal ini karena masih dianggap anak-anak yang belum mengerti soal agama. Tapi lewat ini lah Sari merasakan ada pengaruh terhadap kehidupannya.

“Ternyata lewat itu sudah ada suatu pengaruh buat saya,” ujarnya, dikutip Kamis, 14 Maret 2024.

Wanita sarjana ekonomi itu juga selalu mempertanyakan soal arti tulisan Al-Quran. Namun ia bingung karena tidak ada yang menjelaskan secara detail.

Apalagi bagi umat muslim harus mengetahui cara baca Al-Quran yang benar. Jika tidak, maka akan mendapat dosa. Ia pun makin takut karena tidak paham dan malah mendapatkan dosa jika tidak bisa membaca Al-Quran dengan benar. Padahal ia ingin sekali masuk surga.

Saat SD, ia memang banyak pertanyaan soal agama. Seperti apa yang akan terjadi ketika manusia mati, dan lain sebagainya. Sang guru menjelaskan proses manusia bisa menggapai surga.

Tapi menurutnya, dalam mencapai surga itu begitu sulit. Ia pun masih berpikir-pikir bagaimana caranya untuk masuk surga. Ia mengaku tidak ada yang menuntun dia masuk surga.

Pilih pindah agama karena suka khutbah orang Kristen

Ainun Nurul Rahima Sari pilih pindah agama karena tak paham Al-Quran

Photo :
  • YouTube DIASPORA TV

Setelah menamatkan sarjana di Padang, ia merantai ke Jakarta. Singkat cerita saat merantau di Jakarta ia bertemu dengan seorang pria. Dia menjalin hubungan dengan pria yang menganut agama yang berbeda. Sari seorang muslim sementara sang pria menganut agama Katolik.

Karena suka sama suka, pria yang ia sukai mulai bercerita tentang sosok Yesus Kristus. Sari juga tak menemukan jawaban ketika bertanya kepada sang pacar soal Yesus. Kemudian pacarnya memberikan sebuah buku yang ditulis oleh Yusuf Roni.

Sari mengatakan jika buku itu membuktikan beberapa hal soal Yesus itu Tuhan. Mulai dari hadist, hingga sholat 17 rakaat yang selalu meminta petunjuk jalan kebenaran. Dan menurutnya, itu bisa masuk akal.

“Sholat sehari 17 rakaat meminta petunjuk jalan yang benar. Sampai kapan berdoa terus nggak dapet-dapet jalan yang bener itu. Saya pikir logikanya masuk,” ujarnya.

Ia pun sampai sholat tahajud dan bertanya Tuhan mana yang benar. Sari benar-benar ingin masuk surga tapi tidak tahu caranya bagaimana.

Suatu waktu pacarnya hendak ke gereja. Ia berniat untuk ikut ke gereja. Sari malah merasakan kenyamanan dan mengakui suka khutbah orang Kristen.

“Aku suka ya khutbahnya orang Kristen, referensinya jelas dibuka ke depan ke belakang aku suka dan membangun banget. Begitu selesai ibadah sampai di mobil aku bilang, hatiku plong,” pungkasnya.

Itu adalah kali pertama Sari ke gereja, namun ia merasakan kenyamanan. Keesokan harinya ia ketagihan ke gereja bersama sang pacar kala itu. Pada akhirnya ia pindah agama tahun 1982. 

“Akhirnya aku memutuskan tahun 1982 itu, aku minta di baptis, GPDI Ketapang,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya