25 Tahun Dagang Trompet Tahun Baru, Berapa Sih Untungnya?

Penjual terompet musiman
Sumber :
  • Dok. Viva/ Bimo

VIVA – Jelang perayaan tahun baru, sebagian orang disibukkan dengan rencana liburan. Bahkan, tak sedikit di antara mereka yang mempersiapkan diri sejak jauh-jauh hari, untuk keluar dari rutinitas pekerjaan.

Tips Agar Diabetes Tak Kambuh saat Pesta Tahun Baru

Tapi tidak demikian dengan Uki. Bagi pria asal desa Sukatani, Cikarang, Jawa Barat ini, perayaan Natal dan Tahun Baru adalah kesempatan untuk mendulang rezeki.

Uki adalah pedagang trompet musiman. Sejak malam Natal, ia sibuk menaikkan terompet dagangannya ke atas mobil bak. Jumlah trompet yang ia bawa mencapai 2000-an.

Tak Perlu Biaya Besar, Jadi Alasan Pasangan Muda Ikut Nikah Massal

Menempuh perjalanan kurang lebih 50 km menuju Jakarta, Uki tak seorang diri. Ia bersama 100 pedagang trompet, menyewa setidaknya 20 mobil bak untuk mengangkut trompet-trompet yang siap dijajakan menjelang perayaan tahun baru.  

"Saya sewa mobil Rp400 ribu, nanti dibagi yang ikut naik, ya kurang lebih 5 orang satu mobil itu," cerita Bang Uki pada VIVA, Jumat 29 Desember 2017.

Konsumsi 5 Jenis Makanan Ini Diyakini Bawa Hoki di Tahun Baru

"Semua saya buat sendiri, paling susah yang ini," ungkap Uki sambil menunjukkan sebuah terompet yang disebutnya trompet tanjidor.

"Karena ini bentuknya bengkok-bengkok, jadi lebih susah, harganya juga lebih mahal, satu Rp25 ribu," kata dia.

Untuk membuat trompet jenis tanjidor, Uki menghabiskan waktu sekitar setengah hari setengah hari. Selain tanjidor, berbagai trompet juga ia jajakan, mulai dari berbentuk binatang, hingga trompet yang dinamainya Jaran Goyang. Tak tanggung-tanggung, untuk menghasilkan 2.000 trompet di akhir tahun, Uki mulai mempersiapkannya sejak Juli.  

"Semua modal kurang lebih tiga juta," kata Uki, yang dalam kesehariannya menjual buah-buahan.

Menurutnya, penghasilan yang didapat dari menjual buah-buahan, dan menjual trompet musiman tidak jauh berbeda. Sebab itu, ia telah menekuni bisnis trompet tahun baru itu sejak tahun 1992. Demi menghemat, ia bahkan rela tidur di depan kios-kios di sekitar pasar Asemka, Jakarta Barat, sambil menunggu dagangannya habis.

Untung besar dikantongi jika semua trompetnya habis terjual. Tapi malang diraih apabila turun hujan.

"Ya, kalau hujan kita enggak bisa dagang ke mana-mana. Kalau memang enggak abis terpaksa kita bawa pulang lagi," kata dia.

Meski demikian, Bang Uki mengaku dagangannya sering ludes sebelum tahun baru tiba. Ketika ditanya berapa laba bersihnya dari penjualan trompet, ia tak mau menyebutkan.

Yang jelas, tiap tahun ia tergiur mencoba peruntungan sebagai pedagang trompet musiman.

"Kalau masih sehat, tahun depan sih bakal jualan begini lagi," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya