Hati-hati, Polusi Udara Jakarta Bisa Sebabkan Katarak hingga Kanker

Ilustrasi udara di Jakarta
Sumber :
  • Instagram/@jakarta_aqi

VIVA – Kondisi udara di Jakarta dikabarkan makin mengkhawatirkan dalam beberapa hari belakangan. Bahkan, Juru Kampanye Energi Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu menuturkan bahwa Jakarta menempati kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Kabar Terbaru Raja Charles Setelah Diagnosa Kanker, Kehilangan Indra Perasa

Menanggapi buruknya kualitas udara di Jakarta, Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek mengatakan bahwa polusi udara di Jakarta bisa menimbulkan risiko kanker dan katarak. Hal ini terutama terjadi karena pengelolaan sampah yang kurang baik dengan cara dibakar.

Menkes menjelaskan bahwa sampah plastik yang dibakar akan menyebabkan gas pembawa penyakit. Kandungan karbon monoksida yang dikeluarkan akan membuat lubang ozon rusak.

Dinyatakan Sehat Usai Divonis Kanker Sarkoma, Alice Norin Merasa Diberi Kesempatan

"Akhirnya kita kena sinar ultraviolet yang bahaya penyakitnya akan banyak, seperti kanker dan katarak,” kata Menkes dalam siaran persnya, Senin, 8 Juli 2019.

Selain soal sampah, Nila juga menyebut bahwa penyebab polusi udara di Jakarta adalah transportasi, dan industri, Untuk itu, ia mengimbau masyarakat untuk mengubah perilaku menjadi lebih sehat.

Sempat Divonis Kanker Sarkoma, Alice Norin Bersyukur Tentang Kondisi Terkini

"Kita harus mengubah perilaku hidup kita. Saya titik beratkan, ayo kita semua perilaku harus kita ubah. Perilaku masyarakat kita tidak boleh membuat perubahan iklim menjadi buruk,” kata Menkes.

Sementara Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengajak masyarakat untuk menggunakan kendaraan umum. Selain itu, ia mengatakan bahwa sudah ada langkah jangka pendek dengan menyiapkan alat-alat ukur kualitas udara dan mengendalikan emisi kendaraan bermotor.

“Akan ada uji emisi kendaraan yang beroperasi di Jakarta, baik dari luar Jakarta maupun dari warga Jakarta harus lolos uji emisi. Bila tidak lolos maka akan ada disinsentif berupa pajak dan parkir yang akan lebih mahal,” ujarnya.

Ahli forensik yang menguasai patologi dan toksikologi, dr Djaja Surya Atmadja

Ditanya Apakah Pernah Menangani Pasien Korban Santet? Ini Kata Dokter Forensik Djaja Surya Atmadja

Sebagian masyarakat Indonesia masih mempercayai keberadaan Santet. Santet biasa dilakukan dengan bantuan seorang dukun dengan memasukkan benda asing ke tubuh korban.

img_title
VIVA.co.id
16 Mei 2024