Kurang Edukasi Seks, Sebabkan Wanita Sulit Hubungan Intim

Ilustrasi bercinta.
Sumber :
  • Pexels/Chevanon Photography

VIVA – Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, topik mengenai edukasi kesehatan reproduksi masih menjadi suatu hal yang tabu. Banyak orangtua yang sungkan berbicara secara terbuka mengenai edukasi seksual kepada anak-anak mereka. 

Waspada, Hipertensi Bisa Sebabkan Disfungsi Seksual pada Pria & Wanita

Tapi, yang tidak disadari orangtua adalah kurangnya edukasi kesehatan reproduksi membuat anak, terutama anak perempuan bisa mengalami disfungsi seksual pada saat dewasa. Banyak dari mereka yang kemudian merasa kesulitan ketika melakukan penetrasi pada saat pertama kali melakukan hubungan intim. 

"Ya tentu saja kurang seks edukasi, masalah agama, dan pendidikan dari orang tua sejak kecil terkait bagaimana hubungan seksual itu sangat berpengaruh. Jadi bagaimana dia memandang seks itu sendiri," ungkap dr. Grace Valentine, SpOG, spesialis Obgin di Bamed Women’s Clinic, saat konferensi pers di kawasan Kuningan, Jakarta.

Minim Edukasi Reproduksi, BKKBN: Anak Rentan Seks Bebas

Baca juga: Ngeri, Remaja Sudah Coba Pakai Kondom dan Bilang Tak Nyaman

Hal ini menyebabkan masalah disfungsi seksual yang dikenal dengan nama vaginismus. Grace menjelaskan, vaginismus dikategorikan sebagai kontraksi otot yang tidak disadari dan tidak dapat dikendalikan. Kondisi itu bisa terjadi secara terus menerus atau berulang di 1/3 daerah bagian luar vagina, yaitu daerah perineum sampai otot levator ani, dan otot pubococcygeus. 

Kenali Penyebab Pasti dari Pendarahan Otak

"Kontraksi otot yang berlebihan menyebabkan nyeri, sulit atau bahkan tidak dapat melakukan penetrasi saat berhubungan seksual. Hal ini terjadi karena otot puboccygeus berperan dalam proses buang air besar, buang air kecil, berhubungan seksual, orgasme, dan proses melahirkan," kata dia. 

Secara umum, Grace mengatakan bawa penyebabnya dibagi menjadi dua, penyebab organik atau fisik dan penyebab anorganik atau psikologis. Secara fisik, vaginismus disebabkan oleh adanya infeksi di daerah genital atau adanya trauma pada saat melahirkan, atau perlukaan di jalan lahir yang disebabkan oleh trauma yang lainnya. 

"Sedangkan secara psikologis, karena adanya trauma psikis sebelumnya yang berkaitan dengan kekerasan seksual, atau adanya rasa kurang percaya diri, atau tidak berhubungan seksual dalam jangka waktu yang panjang," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya