Pemerintah Siapkan Rapid Test, Pakar Khawatir Masyarakat Bisa Panik

Ilustrasi virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan bahwa 'rapid test' akan mulai dipertimbangkan sebagai tes virus corona jenis baru. Menurut Yuri, keunggulan dari tes ini yaitu hanya membutuhkan spesimen darah, sehingga dapat dilakukan oleh semua rumat sakit di Indonesia.

CEO Starbucks Curhat Karyawannya Tertekan, Selalu Ditanya: Kenapa Kerja di Perusahaan Zionis?

Tujuannya adalah agar deteksi dini bisa dilakukan secara massal. Namun, tak semua pakar menyetujui tes tersebut kendati kekurangannya cukup memberikan efek pada kekhawatiran masyarakat.

"Ketika (dinyatakan) positif, khawatir masyarakat panik. Makanya (pemerintah) siapkan pemahaman (keunggulan dan kekurangan rapid test) ke masyarakat," ujar Staf Khusus Menteri Kesehatan RI bidang Peningkatan Layanan (2014-2019), Prof. Akmal Taher, dalam telekonferens bersama CISDI, Kamis 19 Maret 2020.

Bobby Nasution Murka, Dishub Medan Langsung Cabut Laporan ke Tukang Martabak

Hal senada diungkap oleh Senior Research Fellow Eijkman Institute, Dr. Herawati Sudoyo, yang mengatakan bahwa rapid test adalah jenis tes dengan tingkat kepercayaan terendah. 

"Ambil darah, tingkat kepercayaan paling rendah. Memang (bisa dilakukan) massal tapi yang kita periksa bukan virus tapi zat anti kalau dia terpapar virus. Ini betul-betul harus uji dulu apakah juga bereaksi pada virus-virus lain," ujarnya.

Menlu Retno Yakin Ada Upaya Sistematis Hambat Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza

Ada pun Yuri sebelumnya menjelaskan bahwa metode ini memiliki kekurangan di mana pemeriksaan bisa memberikan hasil yang maksimal setelah virus menginfeksi dalam waktu sepekan. Hal tersebut karena imunoglobulin baru terbentuk dalam durasi tersebut.

Hera membenarkan hal tersebut dan mengaku bahwa rapid test bisa memberikan hasil yang salah pada kondisi tubuh tertentu karena hanya menelaah zat anti dari virus yang menginfeksi. Sehingga, kemungkinan hasil yang tidak maksimal, bisa menimbulkan masalah baru.

"Rapid test mudah cuma 15 menit tapi hasil positif bukan melulu (benar terinfeksi) COVID-19. Kalau ragu, dokter lakukan tes molekul. Mereka-mereka yang pasien imunocompramise (imunitas tubuh rendah) yaitu pasien yang tidak bisa membentuk antibodi, atau antibodinya tetap negatif," kata Hera.

Lebih lanjut, Hera menjelaskan bahwa jenis tes yang paling akurat yaitu dengan tes molekul lantaran langsung mendeteksi jenis virusnya. Selanjutnya, jenis tes lain yang juga ampuh adalah dengan media kultur.

"Standarnya WHO adalah tes molekuler. Dengan tes molekul dapat langsung deteksi virus penyebabnya. Ada juga tes kultur, tapi perlu pakai laboratorium khusus yang cuma ada 10 di dunia," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya