Pandemi COVID-19 Picu Tingginya Kematian Pasien TBC

Tempat Pemakaman Khusus Covid-19 Rorotan. Foto ilustrasi.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Pandemi COVID-19 memperberat upaya penanggulangan tuberkulosis (TBC) di Indonesia. Saat ini kasus COVID-19 mulai melandai dan menjadi kesempatan untuk kebut dalam penanggulangan TBC. 

Gus Baha Ingatkan Semua Orang Agar Ingat Mati Tapi Tetap Semangat Hidup

Mantan Menteri Kesehatan RI, Prof. Nila F. Moeloek, dalam webinar virtual bertajuk TBC di Indonesia di Masa Pandemi COVID-19 dan Pasca Pandemi COVID-19 mengatakan, pandemi COVID-19 menyebabkan keterbatasan mobilisasi baik dari pasien maupun dari tenaga kesehatan ataupun kader kesehatan. Akibatnya program percepatan penanggulangan TBC di Indonesia sangat menurun drastis dibandingkan sebelum COVID-19. 

"Oleh karena itu menurunnya kasus COVID-19 harusnya memberikan harapan baru dalam percepatan penanggulangan TBC," katanya dalam keterangan pers Farid Nila Moeloek (FNM) Society, baru-baru ini.

Turis Australia Ngeluh Terjangkit DBD di Bali, Menkes Bilang Harusnya Bersyukur

COVID-19 Picu Kematian Akibat TBC

Ilustrasi wanita menderita TBC.

Photo :
  • U-Report
Sederet Artis Tanah Air yang Sudah Persiapkan Kematiannya Jauh Hari, Beli Kafan hingga Batu Nisan

Ada pun COVID-19 dan TBC merupakan penyakit yang memiliki kesamaan gejala, yakni batuk, demam, kesulitan pernapasan, dan menyerang paru-paru. Pengalaman dalam perawatan pasien TBC yang terinfeksi COVID-19 pun masih terbatas, sehingga mereka memiliki hasil pengobatan yang kurang optimal jika pengobatan TBC terganggu. 

Sebelum ada COVID-19, program percepatan penanggulangan TBC bisa tinggal landas di 2020 menuju stop TBC di 2030. Namun 'gayung tak bersambut', tanpa diduga pandemi COVID-19 terjadi dan menghambat program stop TBC.

Ahli Paru yang juga Mantan Direktur World Health Organization (WHO) Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, akibat COVID-19 program TBC bisa mundur 5 sampai 8 tahun dan hal ini mengutip para pakar TBC. Pada 2021 bulan Januari WHO mengumpulkan data dari beberapa negara dari 84 negara yang menyatakan, COVID-19 mengakibatkan tambahan kematian di dunia 1,5 juta orang.

Di Indonesia, ada sekitar 845 ribu kasus TBC dari 271 juta penduduk, dengan rata-rata kematian mencapai 96 ribu kasus. Selama 10 tahun angka kematian TBC terus turun walaupun turunnya tidak tajam, tapi di tahun 2020 mengalami kenaikan untuk pertama kalinya. 

Sementara untuk kasus TBC yang ditemukan terjadi penurunan yang biasanya selalu naik, yakni di tahun 2020 ditemukan 5,8 juta orang yang mengalami TBC, menurun 18% jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang penemuan kasus mencapai 7, 1 juta orang. 

"Angka kematian akibat TBC tadinya memang selalu menurun tapi turunnya sedikit, tapi sekarang kematian bahkan bertambah 1,5 juta di tahun 2020. Ini data bulan Desember saya kira dipublikasi Januari 2021," ucapnya. 

Penanggulangan TBC saat Pandemi

Ilustrasi penderita TBC.

Photo :
  • U-Report

Prof. Tjandra menyebut ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menanggulangi TBC dan COVID-19 secara bersamaan dengan penatalaksanaan yang sama, antara lain melakukan testing, tracing, surveilans, kontrol dan pencegahan infeksi, dan komunikasi risiko. 

"Kita mesti ingat bahwa masalah kesehatan bukan hanya TBC ada juga masalah lain yang perlu ditanggulangi bersama-sama. Kita punya program yang ada di depan mata, barangnya sudah ada, cara diagnosisnya sudah jelas, cara pengobatannya sudah jelas, marilah kita sama-sama dalam melakukan upaya agar TBC ini bisa kita kendalikan di waktu mendatang," kata Prof Tjandra.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya