Kolom Prof Tjandra: Mengenal Penyakit Pasca Tuberkulosis

Prof Tjandra Yoga Aditama.
Sumber :
  • Ist.

VIVA – Kita semua sudah mengenal fenomena Long COVID yang terjadi sesudah sembuh dari COVID-19. Di sisi lain, belum banyak yang memahami tentang Penyakit Pasca Tuberkulosis yang timbul sesudah sembuh dari sakit tuberkulosis. Padahal, kuman penyebab tuberkulosis (TB) sudah ditemukan pada 1882, 

Prof Tjandra: Ramai Kasus Depresi di Kalangan PPDS, Ini 5 Rekomendasi Tindak Lanjut Perlu Dilakukan

Kini “Indonesia adalah penyumbang kasus TB terbesar ke tiga di dunia, di negara kita diestimasi ada 845.000 kasus TB dalam setahunnya serta ada  98.000 kematian akibat TB setahun, atau setara dengan 11 kematian setiap jam. Presiden Jokowi juga sudah mencanangkan Indonesia akan eliminasi tuberkulosis di tahun 2030, artinya tinggal 9 tahun lagi.

Penyakit Pasca Tuberkulosis dapat berupa beragam keadaan patologis pada mereka yang sudah sembuh dari tuberkulosis. Sudah lama diketahui bahwa tuberkulosis memang dapat mengakibat kerusakan jaringan paru-paru pasiennya, dan kerusakan ini dapat saja tidak pulih sepenuhnya sesudah pasiennya sembuh dari TB, artinya sesudah kumannya tidak ada lagi. Beberapa bentuk kejadian Penyakit Pasca Tuberkulosis dapat berupa Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), bronkiektasis, hipertensi paru, gambaran restriksi pada pemeriksaan fungsi paru spirometri serta infeksi sekunder di paru bukan akibat TB.

Bersatu Lawan TBC Menuju Masyarakat Sehat dan Produktif

Juga dapat punya dampak sosial dan psikologis pula, dan bahkan mungkin saja dapat berdampak pada kematian pula. Juga pernah diperkenalkan istilah Sindroma Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOPT), untuk menggambarkan pasien yang sudah sembuh dari TB nya tapi masih terus mengalami sesak napas sampai beberapa tahun kemudian.

Selama ini Penyakit Pasca Tuberkulosis belum mendapat perhatian penting di dunia dan nampaknya juga di Indonesia. Data yang lengkap memang belum tersedia, tetapi di dunia pada tahun 2020 diperkirakan ada 155 juta orang yang sudah sembuh dari penyakit tuberkulosis, dan sebagian dari mereka mungkin mengidap Penyakit Pasca Tuberkulosis. Dalam berbagai laporan tuberkulosis nasional dan dunia maka biasanya tidak dibahas tentang morbiditas dan mortalitas Penyakit Pasca Tuberkulosis ini. Memang dalam kodifikasi penamaan penyakit dalam International Classification of Diseases (ICD) versi 10 ada nomor kode B90.9 untuk gejala sisa tuberkulosis (tuberculosis sequelae), tetapi penamaan ini jarang digunakan. 

Kolaborasi Kemenkes dan Bakrie Center Foundation Tingkatkan Wawasan Perihal TBC kepada Masyarakat

Artikel yang dipublikasi di Jurnal Lancet 1 Desember ini melakukan analisa data dari 186 negara dunia tentang Penyakit Pasca Tuberkulosis, dengan mengkonstruksi secara kohort hipotetikal dari mereka yang sakit tuberkulosis di negara-negara itu. Kemudian dilakukan semacam simulasi dampak kesehatan yang terjadi. Hasilnya menunjukkan bahwa di dunia diperkirakan ada 122 juta DALYs (disability-adjusted life-years) akibat penyakit tuberkulosis, dimana 58 juta DALYs (atau sekitar 47%) berhubungan dengan Penyakit Pasca Tuberkulosis, atau post-tuberculosis sequelae.

Tuberkulosis adalah masalah kesehatan penting di negara kita. Dasar hukum penanggulangannya juga sudah amat kuat, yaitu Peraturan Presiden nomor 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Akan amat baik kalau dalam implementasi PerPres ini maka juga dianalisa mendalam dan ditangani seksama tentang Penyakit Pasca Tuberkulosis, dan perlu mendapat perhatian baik oleh pemerintah, kalangan organisasi dan profesi kesehatan serta juga masyarakat luas. Yang kita tangani adalah pasien, baik dia menderita penyakit tuberkulosis dan juga nantinya Penyakit Pasca Tuberkulosis.
 
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Mantan Kepala Balitbangkes Kemenkes

Ilustrasi batuk.

Perkembangan Terbaru Pengobatan TBC Resisten Obat, Bikin Cepat Sembuh dengan Obat Ini!

Perkembangan terbaru dalam pengobatan TBC memberikan harapan baru dengan penggunaan obat jenis BPaL (Bedaquiline, Pretomanid, dan Linezolid) yang disarankan oleh WHO.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024