BPOM Resmikan Sinopharm Sebagai Vaksin Booster COVID-19

Vaksin Sinopharm.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Vaksin Sinopharm telah resmi menjadi vaksin COVID-19 ke-6 yang digunakan sebagai dosis booster atau dosis lanjutan. Hal itu dilakukan setelah memperoleh Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization/EUA) dari Badan POM.

Muncul Varian EG.5, Seberapa Efektif Vaksinasi Booster Kedua?

Vaksin dengan nama SARS-Cov-2 Vaccine (Vero Cell), Inactivated, produksi Beijing Bio-Institute Biological, China atau dikenal sebagai Vaksin Sinopharm ini telah didaftarkan PT Kimia Farma.

Penggunaannya untuk booster homolog pada usia dewasa 18 tahun atau lebih yang telah mendapatkan dosis primer lengkap sekurang-kurangnya 6 bulan.

Orang Tua Harus Tahu, Inilah Pentingnya Vaksin Booster untuk Anak Pra-Sekolah

“Sesuai persyaratan penggunaan darurat, Badan POM telah melakukan evaluasi terhadap aspek khasiat dan keamanan mengacu pada standar evaluasi vaksin COVID-19 untuk vaksin Sinopharm sebagai dosis booster homolog untuk dewasa 18 tahun ke atas," ujar Kepala Badan POM, Penny K. Lukito, dalam keterangan persnya.

Kepala BPOM Penny Lukito menyerahkan sertifikat Izin Penggunaan Darurat (EUA) vaksin buatan Sinopharm kepada perwakilan PT Bio Farma dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, 30 April 2021.

Photo :
  • ANTARA/Andi Firdaus
Hukum Melakukan Vaksin di Bulan Puasa, Bisa Batal atau Tidak?

Hasil Antibodi
Dari aspek Imunogenisitas, peningkatan respons imun humoral untuk parameter pengukuran antibodi netralisasi dan anti IgG masing-masing sebesar 8,4 kali dan 8 kali lipat dibandingkan sebelum pemberian booster.

Respons imun setelah pemberian booster ini lebih tinggi dibandingkan respons imun yang dihasilkan pada saat vaksinasi primer.

“Persetujuan EUA Vaksin Sinopharm ini menambah alternatif vaksin booster homologus untuk platform inactivated virus," jelas Penny.

Efek Samping
Berdasarkan aspek keamanan, penggunaan Vaksin Sinopharm sebagai booster umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Frekuensi, jenis, dan keparahan reaksi sampingan atau kejadian yang tidak diharapkan (KTD) setelah pemberian booster lebih rendah dibandingkan saat pemberian dosis primer. 

Adapun KTD yang sering terjadi merupakan reaksi lokal seperti nyeri di tempat suntikan, pembengkakan, dan kemerahan serta reaksi sistemik seperti sakit kepala, kelelahan dan nyeri otot, dengan tingkat keparahan grade 1-2.

"Karena itu, kami kembali menyampaikan apresiasi kepada Tim Ahli Komite Nasional Penilai Vaksin COVID-19 termasuk ahli di bidang farmakologi, metodologi penelitian dan statistik, epidemiologi, kebijakan publik, imunologi, kemudian ITAGI serta asosiasi klinisi atas kerja samanya yang memungkinkan vaksin ini segera rilis ke masyarakat," kata Kepala Badan POM.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya