Jokowi Dorong Percepatan Vaksinasi untuk Atasi Pandemi COVID-19

Presiden Jokowi.
Sumber :

VIVA – Penyebaran COVID-19 yang terjadi selama dua tahun terakhir ini berdampak pada sejumlah aspek mulai dari infrastruktur kesehatan hingga perekonomian global. Selain itu, pandemi juga telah merenggut jutaan nyawa masyarakat di dunia. Hal tersebut diungkap Presiden Joko Widodo dalam acara Global COVID-19 Summit yang digelar di Washington DC, Amerika Serikat pada Kamis 15 Mei 2022 waktu setempat.

Gowes Sepeda Kayu di Bundaran HI, Jokowi Jadi Buruan Swafoto Pengunjung CFD

"Pandemi COVID-19 memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Ketahanan kesehatan dan kesiapsiagaan dunia terhadap pandemi ternyata tidak cukup kuat. Akibatnya, harga yang harus kita bayar sangatlah mahal, jutaan orang yang kehilangan nyawanya dan perekonomian dunia mengalami keterpurukan. Oleh karena itu, kita harus bekerja sama mengatasi pandemi serta membangun arsitektur kesehatan dan kesiapsiagaan dunia yang lebih kuat," kata Presiden Joko Widodo mengutip dari YouTube The White House.

Lebih lanjut, presiden mengungkap, percepatan vaksinasi menjadi salah satu langkah yang dilakukan untuk mengatasi pandemi COVID-19.

Jokowi: Indonesia Bisa Produksi 1,6 Juta Motor Listrik, tapi Baru 100 Ribu Unit

"Untuk mengatasi pandemi, percepatan vaksinasi harus dilakukan untuk menjangkau 70 persen penduduk setiap negara," kata Presiden Jokowi.

Lebih lanjut, diungkap presiden momentum turunnya jumlah kasus COVID-19 saat ini harus dimanfaatkan untuk meluncurkan pukulan terakhir terhadap COVID-19.

Jokowi Beri Sinyal Kelanjutan Insentif Mobil Hybrid

"Vaksin harus secepatnya menjadi vaksinasi. Kolaborasi kita harus menjembatani tantangan vaksinasi mulai dari pembiayaan, logistik dan sumber daya manusia," ujar Presiden.

Presiden Jokowi di Washington DC, AS.

Photo :
  • Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev

Sementara itu, untuk membangun arsitektur kesehatan dan kesiapsiagaan dunia yang lebih kuat, kata Presiden Jokowi, paling tidak diperlukan tiga hal. Pertama akses kesehatan yang inklusif, seluruh masyarakat tanpa terkecuali harus memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan dasar.

"Infrastruktur kesehatan dasar harus memadai dan siap menghadapi pandemi. Di tingkat global setiap negara besar maupun kecil kaya maupun miskin harus memiliki akses yang setara terhadap solusi kesehatan," katanya.

Kedua akses pembiayaan yang memadai. Presiden mengungkap tidak semua negara memiliki sumber daya untuk memperbaiki infrastruktur kesehatannya.

"Kita perlu mekanisme pembiayaan kesehatan baru yang melibatkan negara donor dan bank pembiayaan multilateral. Hubungan pembiayaan kesehatan harus dilihat sebagai sebuah investasi dan tanggung jawab bersama mencegah pandemi," ujarnya.

Ketiga pemberdayaan. Presiden mengungkap, collective capacity harus diupayakan dan kerjasama antar negara menjadi kuncinya.

"Kerjasama riset, kerjasama transfer teknologi dan akses ke bahan mentah harus diperkuat. tidak boleh ada monopoli rantai pasok industri kesehatan, diversifikasi pusat produksi obat, vaksin, alat diagnostik dan terapeutik harus dilakukan. Dengan kapasitasnya, Indonesia siap menjadi hub produksi dan distribusi vaksin di kawasan," kata presiden.

Jokowi menyampaikan terkait hal ini saat memimpin rapat terbatas bersama para me

Photo :
  • YouTube/sekretariat presidenan

Lebih lanjut presiden mengungkap bahwa presidensi Indonesia di G20 memberikan perhatian besar terhadap kerjasama kesehatan secara inklusif. Untuk itu diperlukan peran dan keterlibatan semua negara, WHO dan multilateralisme harus terus diperkuat.

"Tidak boleh ada yang tertinggal dalam upaya kita membangun arsitektur kesehatan dan kesiapsiagaan dunia yang lebih kuat. Recover together, recover stronger," ujar presiden.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya