Apa Itu Sindrom Imposter yang Diidap Oleh Gigi Hadid

Ilustrasi orang takut.
Sumber :
  • U-Report

VIVA Lifestyle – Pada baru-baru ini supermodel Gigi Hadid membuat pengakuan yang mengejutkan kepada publik. Gigi Hadid mengakui bahwa dirinya mengidap sindrom imposter usai meluncurkan brand fashion-nya. Mungkin banyak dari kamu yang masih asing mendengar soal sindrom tersebut. Lantas, apa itu sindrom imposter? Yuk scroll artikelnya ke bawah untuk penjelasan lebih lengkap. 

Kelihatan Sehat, Begini Kondisi Tukul Arwana Setelah 3 Tahun Berjuang dengan Stroke

Apa itu Sindrom Imposter?

Ilustrasi wanita takut kehilangan cinta dan uang.

Photo :
  • U-Report
Terungkap Kekasih Calon Kiper Timnas Indonesia Maarten Paes, Satu Circle dengan Gigi Hadid

Melansir dari Verywell Mind, Sindrom imposter atau disebut juga sindrom penipu merupakan pengalaman pribadi seseorang yang percaya bahwa dirinya tidak kompeten seperti yang orang lain anggap. Jadi, seolah-olah kamu adalah seorang penipu. 

Meskipun sebuah "sindrom", tapi bukan berarti itu penyakit mental yang dapat didiagnosis. Sebaliknya, istilah ini biasanya diterapkan secara sempit pada kecerdasan dan pencapaian, meskipun juga memiliki kaitan dengan perfeksionisme dan konteks sosial.

6 Tips Kesehatan untuk Para Jemaah Haji Jelang Keberangkatan ke Tanah Suci

Secara sederhana, sindrom imposter adalah pengalaman merasa seperti palsu di beberapa area kehidupan yang kita alami, terlepas dari kesuksesan apa pun yang telah dicapai. Sindrom penipu ini dapat menyerang siapa saja, tidak peduli status sosial, latar belakang, tingkat keterampilan atau tingkat keahlian.

Penyebab Sindrom Imposter

1. Pendidikan Keluarga

Ilustrasi parenting/orangtua dan anak.

Photo :
  • Freepik/freepik.diller

Pengasuhan dan dinamika keluarga dapat berperan penting dalam sindrom penipu ini. Secara khusus, gaya pengasuhan yang ditandai dengan mengendalikan atau terlalu protektif dapat berkontribusi pada perkembangan sindrom ini pada anak-anak.

2. Transisi pada Hal Baru

Ilustrasi ketakutan.

Photo :

Memasuki peran baru dapat memicu sindrom penipu. Misalnya, baru memulai kuliah mungkin membuat kamu merasa seolah-olah kamu tidak mampu melakukannya. Mungkin juga kamu mengalami perasaan yang sama saat memulai posisi baru di tempat kerja.

Sindrom penipu tampaknya lebih umum ketika orang mengalami transisi dan mencoba hal-hal baru. Selain itu juga karena tekanan untuk mencapai dan berhasil, dikombinasikan dengan kurangnya pengalaman dapat memicu perasaan tidak mampu dalam peran dan pengaturan baru ini.

3. Kepribadian

Ilustrasi membaca kepribadian.

Photo :
  • U-Report

Ciri-ciri kepribadian tertentu juga telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi untuk mengalami sindrom penipu. Terdapat beberapa sifat atau karakteristik yang mungkin dapat menyebabkan sindrom penipu seperti berikut:

  • Self-efficacy rendah: Mengacu pada keyakinan kamu pada kemampuan diri untuk berhasil dalam situasi tertentu.
  • Perfeksionisme: Berpenting dalam sindrom penipu. Kamu mungkin berpikir bahwa ada "skrip" yang sempurna untuk percakapan dan kamu tidak bisa mengatakan hal yang salah. Kamu mungkin juga kesulitan meminta bantuan orang lain dan menunda-nunda karena standar kamu yang terlalu tinggi.
  • Neurotisisme: Salah satu dari lima dimensi kepribadian besar yang terkait dengan tingkat kecemasan, ketidakamanan, ketegangan dan rasa bersalah yang lebih tinggi.

4. Kecemasan Sosial (Anxiety)

Ilustrasi panik.

Photo :
  • U-Report

Sindrom imposter dan anxiety mungkin bertumpang tindih. Seseorang dengan gangguan kecemasan sosial mungkin merasa seolah-olah mereka tidak termasuk dalam situasi sosial atau kinerja.

Kamu mungkin sedang berbicara dengan seseorang dan merasa seolah-olah mereka akan menemukan ketidakmampuan sosial kamu. Atau kamu mungkin sedang menyampaikan presentasi dan merasa seolah-olah kamu hanya perlu melewatinya sebelum ada yang menyadari bahwa kamu sebenarnya tidak pantas berada di sana.

Sementara gejala kecemasan sosial dapat memicu sindrom penipu, namun tidak berarti setiap orang yang mengalami sindrom penipu memiliki kecemasan sosial atau sebaliknya. 

Orang tanpa kecemasan sosial juga dapat merasakan ketidakpercayaan diri  dan kompetensi. Sindrom ini sering menyebabkan orang yang biasanya tidak cemas mengalami rasa cemas ketika mereka berada dalam situasi di mana mereka merasa tidak mampu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya