Asap Rokok Penyebab Utama Polusi dalam Ruangan, Ini Dampaknya Pada Kesehatan

Ilustrasi merokok.
Sumber :
  • www.autoguide.com

JAKARTA – Kualitas udara di Indonesia belakangan kian memburuk. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan polusi di berbagai kota besar seperti DKI Jakarta. Kondisi udara yang buruk itu tentunya akan berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat.

5 Manfaat Luar Biasa Alpukat untuk Kesehatan Kulit Wajah, Bisa Cegah Penuaan Dini

Polusi udara bisa berasal dari luar ruangan maupun dalam ruangan. Polusi luar ruangan dihasilkan oleh asap transportasi hingga pembakaran dalam aktivitas industri. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Sementara polusi di dalam ruangan sering kali tidak disadari karena bersinggungan langsung dengan aktivitas sehari-hari seperti merokok, pembakaran rumah tangga seperti memasak, atau penggunaan alat-alat pemanas dan pendingin ruangan yang tidak pernah dibersihkan.

Ramalan Zodiak Jumat 26 April 2024: Taurus Harus Waspada dengan Rekan Kerja, Leo Kena Tekanan Mental

Asap rokok.

Photo :

Guru besar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. Agus Dwi Susanto SpP(K) mengungkapkan bahwa sekitar 47 persen penyebab kematian akibat penyakit paru berasal dari polusi udara.

5 Tips Merawat Kucing Peliharaan Agar Tetap Sehat dan Terhindar dari Penyakit

Maka dari itu, masyarakat harus waspada terhadap kondisi di sekitar baik di dalam maupun luar ruangan.

"Sekitar 47 persen kematian karena penyakit paru ini ada kaitannya dengan polusi udara sehingga harus mendapat perhatian," jelas Dokter Agus, dalam media briefing secara daring bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa 8 Agustus 2023.

Salah satu gaya hidup yang paling menjadi sorotan adalah merokok. Asap rokok dalam ruangan disebut sama berbahayanya dengan polusi di luar ruangan.

kabin mobil bau asap rokok

Photo :

Sehingga asap tersebut juga menjadi penyebab nomer satu pencemaran udara di dalam ruangan.

“Sumber indoor yang paling banyak adalah asap rokok dari keluarga, jadi orang-orang di rumah yang merokok jadi nomor satu polusi udara di dalam ruangan,” terang Dokter  Agus.

Sebagai gambaran, dalam satu keluarga dengan seorang perokok memiliki resiko timbulnya penyakit gangguan pernapasan lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga yang sama sekali tidak merokok.

Sebab, asap rokok yang ditimbulkan bisa dihirup oleh anggota keluarga yang lain sebagai perokok pasif kemudian berdampak pada sistem pernapasan mereka.

Terutama pada anak-anak, gejala gangguan pernapasan yang umumnya muncul adalah batuk, sakit tenggorokan, hingga sesak napas.

Asap rokok.

Photo :
  • pixabay

Dengan begitu, memiliki seorang perokok yang merokok di dalam rumah bisa menyebabkan kualitas udara di dalam ruangan sama atau menjadi lebih buruk dari pada di luar.

“Dampak indoor polusi itu sama dengan outdoor, risiko-risiko penyakitnya sama sepanjang kadarnya memang berbahaya. Juga yang terpenting adalah mengukur kualitas udara di dalam ruang parameter yang paling bagus memakai parameter PM 2,5, kalau di bawah nilai standar WHO 15 mikrogram,” ujar Dokter Agus.

Untuk meningkatkan kualitas udara di dalam rumah, Dokter Agus menyarankan penggunaan pendingin ruangan dengan mode recirculate agar sirkulasi udara bekerja dengan baik.

Kemudian, bisa juga memakai air purifier yang bisa menyerap zat berbahaya di udara yang berasal dari asap rokok atau pembakaran rumah tangga.

Memiliki tanaman hijau di dalam rumah juga sangat disarankan karena berfungsi untuk menyerap polutan yang masuk.  

Perlu diperhatikan juga bahwa polusi udara tidak hanya mengganggu sistem pernapasan. Tetapi juga dapat menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit lainnya seperti stroke dan serangan jantung.

"Sebanyak 16,9 persen dari 15 juta kasus stroke setiap tahunnya berkaitan dengan polusi. Itu berhubungan dengan aterosklerosis (penyumbatan arteri oleh plak) dan hipertensi (tekanan darah tinggi) yang muncul karena polutan," terang Dokter Agus.

"Sebanyak 21 persen karena infeksi paru pneumonia, 20 persen karena stroke, 34 persen karena jantung, dan 19 persen karena penyakit paru kronik," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya