Pentingnya Akses Layanan Kesehatan Berkualitas bagi Ibu Hamil di Daerah Terpencil

Ilustrasi ibu hamil
Sumber :
  • pixabay

Jakarta, VIVA – Tantangan global yang dihadapi dunia saat ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Krisis lingkungan yang semakin parah, dari deforestasi, polusi, hingga perubahan iklim, berdampak langsung pada kehidupan jutaan orang di seluruh dunia. Di sisi lain, akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas masih menjadi masalah serius, terutama bagi masyarakat di wilayah terpencil dan kurang terlayani.

Selaraskan Asta Cita Prabowo, Penguatan Toleransi di Daerah Mesti Didorong

Upaya untuk menghadapi tantangan ini membutuhkan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai sektor, mulai dari pemerintah, bisnis, hingga masyarakat sipil. Scroll lebih lanjut ya.

Upaya untuk mengatasi tantangan lingkungan dan meningkatkan akses layanan kesehatan berkualitas tidak bisa dilepaskan dari peran inisiatif-inisiatif yang berorientasi pada solusi inovatif. Salah satu contoh nyata adalah program Transform, sebuah akselerator dampak yang dipimpin oleh Unilever, Kementerian Luar Negeri dan Pembangunan Pemerintah Inggris (UK FCDO), dan Ernst & Young (EY), yang berkolaborasi dengan SDGs Financing Hub untuk memfasilitasi pertumbuhan start-up yang fokus pada inovasi sosial dan lingkungan.

Lihat Kondisi Anggaran, Prabowo Turunkan Dana Makan Bergizi Gratis Jadi Rp 10.000 Per Anak

Krisis lingkungan seperti perubahan iklim, kerusakan tanah, dan degradasi sumber daya alam menuntut solusi yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga melibatkan masyarakat luas dalam upaya pelestariannya. Salah satu start-up yang berhasil memenangkan hibah dari program Transform Bestari Challenge adalah PT Kudeungoe Sugata. Perusahaan ini mengusung pendekatan holistik dalam pengelolaan rantai pasokan kakao fermentasi yang berkelanjutan. Selain mengurangi emisi karbon dan meminimalkan dampak lingkungan negatif, Sugata juga mendorong keterlibatan perempuan dan pemuda dalam proses produksinya, menciptakan inklusivitas dalam industri pertanian.

Daftar Daerah di Indonesia yang Bakal Diguyur Hujan Hari Ini

Selain itu, start-up lain seperti Elevarm turut berperan dalam mengatasi tantangan lingkungan melalui pengelolaan limbah peternakan. Dengan inovasi Vermikompos, mereka mengubah kotoran sapi menjadi pupuk organik yang kaya nutrisi untuk tanah. Solusi ini tidak hanya mengurangi limbah peternakan tetapi juga membantu revitalisasi tanah yang terdegradasi, sehingga meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang berbahaya bagi lingkungan.

Inisiatif-inisiatif ini sejalan dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang menargetkan perlindungan lingkungan, sekaligus memastikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Selain menghadapi tantangan lingkungan, upaya peningkatan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas menjadi isu krusial lainnya, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Ilustrasi ibu hamil.

Photo :
  • Stocksnap

Banyak wilayah pedesaan yang terpencil masih kesulitan mendapatkan akses layanan kesehatan yang memadai. Masalah ini diperparah oleh minimnya infrastruktur kesehatan dan terbatasnya tenaga medis di daerah-daerah tersebut.

Dr Vivi Yulaswati, MSc, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementere

Photo :
  • ist

Salah satu start-up yang memberikan solusi bagi permasalahan ini adalah TeleCTG, yang juga merupakan pemenang hibah Transform Bestari Challenge. TeleCTG menawarkan teknologi berbasis telemedicine yang dirancang untuk membantu para ibu hamil di wilayah terpencil. Dengan teleCTG, ibu hamil bisa mendapatkan deteksi dini terhadap faktor risiko kesehatan yang bisa membahayakan mereka maupun janin yang dikandung. Inovasi ini diterapkan di Puskesmas di berbagai daerah, memfasilitasi kolaborasi antara fasilitas kesehatan primer dan rumah sakit rujukan, sehingga meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan bagi masyarakat yang sebelumnya sulit dijangkau.

Inovasi seperti yang dilakukan oleh TeleCTG merupakan langkah penting dalam mendukung SDG 3 yang berfokus pada memastikan kehidupan sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua kelompok umur. Teknologi ini memungkinkan tenaga medis untuk memberikan layanan kesehatan jarak jauh, yang sangat bermanfaat bagi masyarakat yang berada di daerah dengan infrastruktur kesehatan terbatas. Di samping itu, teknologi ini juga mengurangi beban pada fasilitas kesehatan di kota besar yang sering kewalahan melayani jumlah pasien yang terlalu banyak.

Selain itu, 3 start-up Indonesia terpilih sebagai penerima hibah sebesar Rp 6,8 miliar (masing-masing Rp 2,27 miliar) dari 137 usaha rintisan yang mengikuti program solusi inovatif untuk mengatasi masalah sosial dan lingkungan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya