Perlu Tahu, Bagaimana Peredaran Vaksin di Indonesia

Ilustrasi jarum suntik
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Vaksin palsu kembali jadi isu yang mengkhawatirkan. Dan baru-baru ini, polisi berhasil mengungkap, tempat pembuatan vaksin bayi palsu di Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Hoaks, WHO Temukan Vaksin COVID-19 Palsu di Indonesia

Dari hasil penggerebekan di Tangerang Selatan, polisi menyita barang bukti berupa 307 vaksin campak kering, 11 vaksin BCG, tiga kemasan vaksin hepatitis B, 38 vaksin tetanus dan lainnya.

Kasus ini tentu menjadi hal yang bisa membuat masyarakat resah. Untuk itu, Anda pun perlu tahu, bagaimana sesungguhnya peredaran vaksin di Indonesia.

WHO Temukan Vaksin Palsu COVID-19 di India dan Afrika

Vaksinolog lulusan University of Siena, Italia, dr. Dirga Sakti Rambe menjelaskan bahwa di Indonesia, vaksin ada dua jenis, yakni ada vaksin untuk anak, dan ada juga vaksin untuk dewasa. Vaksin ini pun, ada yang diproduksi sendiri di Indonesia oleh Biofarma dan ada pula vaksin yang diimpor secara resmi dari luar negeri. Dan paling banyak, vaksin yang sering dipalsukan adalah vaksin yang rutin diberikan untuk anak-anak.

"Kebanyakan, ya vaksin yang masuk program pemerintah," katanya.

Lebih 2.500 Warga India Jadi Korban Vaksin COVID-19 Palsu

Dirga pun mengatakan bahwa selama ini, alur pendistribusian vaksin di Indonesia cukup ketat. Jadi, seharusnya, vaksin ini tidak sampai di tempat-tempat resmi seperti rumah sakit ataupun Puskesmas.

"Setahu saya alurnya untuk vaksin yang produksi sendiri, semua diproduksi di Biofarma Bandung, lalu didistribusikan kepada distributor, dari situ ada yang menjemput dan ditransfer ke seluruh daerah, lalu biasanya sebelum disebarluaskan di simpan dalam gudang khusus, kemudian baru dikirimkan pada dinas-dinas kesehatan," katanya Selasa, 22 Juni 2016.

Sementara untuk vaksin impor, alurnya pun tak jauh berbeda. Biasanya dari tempat produksi resmi di luar negeri, dikirim ke pelabuhan, lalu ditampung oleh distributor, masuk ke gudang distributor seluruh Indonesia.

"Kalau seperti ini, seharusnya celah untuk memalsukan sulit. Namun, jika ditelusuri  seperti di Eropa, Afrika, Amerika, China, ada temuan, penyebab maraknya pemalsuan vaksin karena harganya yang mahal."

"Ini menjadi peluang untuk para oknum jahat melakukan pemalsuan," katanya.

Apalagi,menurut kabar yang beredar, si pemalsu vaksin bayi di Tangerang Selatan ini bisa meraup banyak keuntungan. Dalam sepekan, omzetnya bisa mencapai Rp25 juta.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya