Heboh Permainan 'Stater', Bentengi Anak dengan Edukasi Seks

Ilustrasi anak.
Sumber :
  • Pixabay/ Skitterphoto

VIVA.co.id – Beberapa waktu belakangan media sosial kembali dibuat heboh dengan kiriman tentang permainan anak yang disebut dengan 'stater'. Permainan ini disebutkan mengharuskan anak memegang alat kelamin teman mereka, lalu memuntirnya.

Cara Yuni Shara Beri Anak Pendidikan Seks hingga Curhat Larissa Chou

Tentu saja hal ini mengkhawatirkan banyak orangtua karena hal ini terjadi pada anak-anak usia sekolah dasar.

Psikolog Evnie Indranie menuturkan, tindakan ini memang tidak sesuai dengan nilai norma yang ada di masyarakat dan agama. Namun di usia sekolah dasar, orangtua juga tidak bisa langsung memberi pengertian anak dengan dogma atau nilai agama.

Belum Seminggu Tayang, Film Dua Garis Biru Raih Satu Juta Penonton

"Agak sulit kalau dengan pendekatan dogma agama. Karena dosa itu masih merupakan pemikiran abstrak buat anak di bawah 12 tahun," ujar Evnie kepada VIVA.co.id, beberapa waktu lalu.

Sebaiknya yang dilakukan oleh orangtua adalah memulai pendekatan lewat pendidikan seks. Ajarkan anak mengenai bagian tubuh pribadi mana yang tidak penting, kenapa bagian tubuh itu penting, butuh dijaga, dilindungi, dan tidak diumbar ke orang lain.

Jangan Sampai Lupakan Orang tuamu jika Telah Sukses Kelak

"Kenalkan juga mengenai infeksi kelamin melalui organ tangan, bisa terjadi implikasi penyakit apa dan seterusnya. Berikan logika sederhana seperti itu. Kalau perlu orangtua bisa browsing dan mencari tahu efek sentuhan itu," imbuh Evnie.

Orangtua juga bisa mencari gambar efek penyakit tersebut untuk ditunjukkan kepada anak. Hal itu bisa menjadi pembelajaran bagi anak-anak. Logika berpikir mereka dibuka melalui hal tersebut.

Jika logika berpikir itu sudah terbangun, barulah orangtua bisa memulai dari sisi nilai agama.

Evnie juga menambahkan bahwa pendidikan seks idealnya dilakukan oleh orangtua dari jenis kelamin yang sama. Dengan begitu transfer pemahaman pun akan lebih dapat diterima dengan baik oleh anak.

"Karena anak akan mengidentifikasi diri dengan orangtua yang jenis kelamin sama. Seandainya orangtua ingin memyampaikan hal itu jadi lebih mudah diresapi oleh anak karena dia menghayati ada persamaan," lanjut Evnie.

Sedangkan bagi para guru, Evnie menyarankan agar diberikan sesi-sesi singkat di sela-sela mengajar mengenai pendidikan seks. Tapi, bukan dengan cara menakuti atau dogma agama. Tapi dengan pesan dan gambar kesehatan.

Anak bermain gadget.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya