VIDEO: Berburu Buku Lawas di Bengkel Deklamasi

Kios buku bekas di Glodok Jakarta
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta
VIVA.co.id
Empat Cara Jitu agar Anak Senang Membaca
- Dahulu minat baca masyarakat tinggi, perpustakaan ramai dikunjungi, begitupun toko buku bekas. Namun kini dengan semakin berkembangnya dunia digital yang memungkinkan orang mendapat informasi hanya dalam satu kali klik membuat tempat seperti itu sepi peminat. Kalaupun dikunjungi biasanya karena sudah mentok dan tidak bisa mendapatkan buku yang dicari melalui online.

Newmont Nusa Tenggara 'Buka-bukaan' Soal Pertambangan

Di Jakarta sendiri masih ada tempat yang mempertahankan keberadaan buku-buku bekas tersebut, selain Kwitang, masih ada tempat serupa di dalam Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat.
Delapan Buku Manuscript Paling Menakutkan Sepanjang Waktu


Tempat yang diberi nama Galeri Buku Bengkel Deklamasi ini cukup identik dengan buku-buku lama ataupun baru yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. "Didapat dari Bandung, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, saat keliling untuk pertunjukan ke daerah biasanya sekalian mencari tempat yang ada buku-buku lama" ujar Jose Rizal Manua, Seniman yang juga pemilik Bengkel Deklamasi.


Awal mula munculnya keinginan untuk membuat Bengkel Deklamasi ini adalah ketika di tahun 1988, Jose bersama Rendra pergi ke New York untuk mengikuti festival teater pertama The First New York Festival di New York. "Beberapa waktu tinggal di Broadway, melihat hampir setiap kilo ada toko buku bekas, sedangkan saat itu di Indonesia belum ada, sehingga saya mencoba menemui Gubernur DKI saat itu, Bapak Soerjadi Soedirdja, dan mengatakan bahwa di Jakarta perlu ada satu toko buku bekas," ujar seniman kelahiran Padang 61 tahun yang lalu.


Setelah ditanya oleh Bapak Gubernur di mana tempat yang diinginkan, Jose mengatakan memilih salah satu sudut di dalam Taman Ismail Marzuki (TIM). "Dinas Kebudayaan DKI Jakarta yang membangun tempat ini," cerita pria yang juga pendiri teater anak-anak tersebut mengingat kisah awal di dirikannya Bengkel Deklamasi pada tahun 1996.


Jose bahkan sempat mengisahkan cerita lucu sepulangnya dari New York bersama Rendra. "Waktu pulang dari Amerika Saya membawa 3 koper buku, saat itu rendra marah karena overweight, ternyata rendra sendiri membawa 5 koper, dia marah karena dia tidak bisa menitipkan barangnya pada saya," kata pria alumni IKJ ini.


Kesulitan yang dihadapi ketika mengelola Bengkel Deklamasi yang kini koleksinya sudah mencapai 10.000 buku tersebut adalah banyak buku lama yang sudah terjual dan tidak ada lagi duplikatnya, sehingga tidak bisa mendapatkan buku-buku langka itu lagi.


"Buku yang sangat bersejarah bagi perjalanan bangsa Indonesia, berjudul "Di Bawah Bendera Revolusi" ujar ayah lima anak ini sembari menunjukkan buku yang ditulis Bung Karno ketika masih kuliah di ITB.


Seniman ini mengaku hal yang membuatnya senang mengelola bengkel Deklamasi ini adalah saat ada seseorang yang datang dan menemukan buku yang sudah 30 tahun dicari.


Jose berharap "tempat seperti Bengkel Deklamasi ada di setiap wilayah di Jakarta maupun seluruh Indonesia, karena hal ini membantu pelajar, mahasiswa hingga masyarakat umum untuk mendapatkan buku-buku yang sulit diperoleh di toko-toko buku yang kebanyakan menjual buku baru."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya