Mengajarkan Anak Sopan Santun Sebagai Warganet

Ilustrasi anak main gadget atau smartphone
Sumber :
  • Pexels

VIVA – Etika pergaulan mutlak dibutuhkan dalam koneksi sosial sehari-hari. Karena kini komunikasi digital sudah sedemikian lancar berjalan, nilai sopan santun sebagai warga online pun perlu diterapkan.

Gus Miftah Dikomentari Psikolog Soal Adab saat Makan dengan Pejabat

Sebagai orangtua, kita perlu memberikan pemahaman pada anak, bahwa aktivitas di media sosial membuat terhubung dengan orang lain. Setiap tindakan, baik berupa unggahan maupun komentar, dilihat orang lain serta menimbulkan dampak bagi mereka (kecuali unggahan itu di-setting private untuk dilihat diri sendiri).

Menerapkan etika di media sosial bukan hanya tentang membentuk image positif bagi pemilik akun. Tapi juga melindungi anak dari hal-hal yang tak semestinya. Untuk itu, komunikasikan dengan anak beberapa panduan dasar berikut ini:

Mendidik Generasi Tangguh: Tips Dokter Aisah Dahlan Cegah Anak Terjerumus Liberalisme

1. Tidak memposting foto orang lain tanpa izin
Hal ini tidak hanya kasar dan tak beretika, tapi juga menyebarkan citra orang lain atau informasi pribadinya.

Misalnya, foto anak saat berdua di dalam kamar dengan temannya. Sebelum mengunggah ke media sosial, harus minta izin terlebih dahulu. Jika teman mengatakan tidak, hormati keputusannya. Aturan ini juga berlaku untuk tidak menandai orang lain tanpa sepengetahuan mereka.

Mona Ratuliu Ungkap Pentingnya Bergaul Lahir Batin dengan Anak

2. Tidak posting apa pun saat sedang marah
Ketika marah, emosi anak sedang tak stabil. Dikhawatirkan ia mengunggah konten tanpa mempertimbangkan sudut pandang orang lain.

Sarankan padanya, supaya tidur terlebih dulu untuk meredam emosi. Kita tidak ingin anak mengunggah sesuatu yang akan ia sesali di kemudian hari.

3. Hati-hati huruf kapital
Aturan ini juga berlaku dalam aktivitas chatting. Penggunaan huruf kapital sama artinya anak marah dan berteriak tanpa berdiri.

4. Saat video call pastikan tidak menggunakan latar belakang yang menyeramkan atau tidak sopan. Perhatikan pula nilai kerapian pada latar belakang.

5. Menghindari debat kusir di media sosial, tidak menyebarkan kabar hoax.

6. Tidak menyebarkan foto korban kecelakaan dan luka berdarah, tanpa diburamkan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya