Ini Cara Ketahui Gangguan Pendengaran pada Bayi

Ilustrasi bayi menangis.
Sumber :
  • Pixabay/ joffi

VIVA – Gangguan pendengaran seringkali akan mengakibatkan gangguan komunikasi, psikologi hingga sosial. Sebetulnya, gangguan pendengaran itu dapat dihilangkan. Hal itu bisa melalui upaya pencegahan dan pengendalian penyakit, terutama tuli kongenital pada bayi.

Sisi Lain Kemacetan, Berbahaya Bagi Kelahiran Bayi

Menurut Wakil Ketua Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGPKT), dr. Hably Warganegara, Sp.THT-KL, tuli kongenital dapat terjadi pada bayi sejak lahir. Ketulian itu bisa diakibatkan karena bawaan, seperti riwayat hamil atau riwayat lahir, bisa juga disebabkan karena infeksi.

Gejala yang terjadi adalah anak belum dapat bicara sesuai usianya. Bahkan berpotensi menimbulkan masalah lain seperti gangguan THT, dan psikologi.

Awas, Sering Pakai Headset Picu Gangguan Pendengaran

“Tuli kongenital paling bahaya. Jika tidak ditolong, kemungkinan terjadi gangguan perkembangan kognitif, psikologi dan sosial,” kata Hably dalam keterangannya, Selasa, 26 Maret 2019.

Gangguan perkembangan kognitif, psikologi dan sosial itu akan mengakibatnya terjadi gangguan proses bicara, gangguan perkembangan kemampuan berbahasa, gangguan komunikasi, gangguan proses belajar dan perkembangan kepandaian.

Apakah Penyandang Tunarungu Bisa Belajar untuk Berbicara?

Karena itu, kata Hably, yang perlu diketahui oleh bidan dan masyarakat adalah cara mendeteksi pendengaran bayi secara sederhana. Bayi memang belum bisa berbicara, namun dia bisa menunjukkan refleks jika mendengar suara keras.

Cara observasi bayi terhadap suara dapat dilihat dari refleks bayi ketika mendengar suara keras atau disebut refleks moro.

“Refleks moro itu kalau bayi tidak memakai bedong, tangannya seperti mau meluk, kaget,” kata Hably.

Ada juga tanda lain berupa auropalpebra atau mengejapkan mata, grimacing atau mengerutkan wajah, berhenti menyusu atau mengisap lebih cepat, bernapas lebih cepat dan ritme jantung bertambah cepat.

“Jangan dites di depan bayi, tapi di belakang bayi. Kalau bayi mendengar klakson atau tepuk tangan dari belakang bayi, biasanya dia menunjukkan refleks. Nah, kalau refleksnya tidak ada, segerakan kontrol ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa, “ucap Hably.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya