Biar Anak Gak Kecanduan Gadget Lewat Mainan Edukatif

Ilustrasi anak bermain
Sumber :
  • Pixabay/rbalouria

VIVA – Sebagian besar anak-anak saat ini lebih menyukai permainan di gawai. Namun, efek buruknya, gawai ini bisa membuat anak kecanduan hingga bisa berdampak buruk pada psikologisnya.

Hindari Kecanduan Gadget, Mainan Edukatif Ini Asah Kecerdasan Anak

Karena itu, orangtua harus bijak dalam memilih mainan anak. Salah satunya adalah mainan edukatif yang jauh dari penggunaan gawai seperti fun-doh atau plastisin.

Direktur Acosta Super Food Indonesia, Junirman Jaqin mengatakan, berbeda dengan plastisin yang biasanya terbuat dari bahan berbahaya, fun-doh ini menggunakan bahan yang aman. Jadi, para orang tua tidak perlu khawatir kulit anak-anak mereka terkena iritasi.

Libur Nataru di Rumah, Yuk Ajak Si Kecil Main Keseruan Ini

“Sebelum internet berkembang seperti sekarang, saya sudah bisa melihat jika dunia anak Indonesia membutuhkan mainan yang kreatif, namun juga tidak berbahaya untuk anak.  Makanya saya mencoba untuk membuat mainan plastisin dari bahan yang aman, yakni tepung terigu, garam, serta pengembang di tahun 2005,” ujar Jurnirman dalam keterangan tertulis.

Setelah itu, dia mulai berinovasi mengembangkan mainan-mainan dari bahan plastik dengan melihat trend di pasar. Misalnya, saat ini yang sedang populer adalah mainan role play (bermain peran). Untuk anak laki-laki, mayoritas tertarik dengan permainan profesi. Mereka bisa jadi dokter, pilot, guru, bahkan koki.

Kenali Anak dengan Mainan Edukatif Ramah Lingkungan

Sementara untuk anak perempuan biasanya lebih tertarik dengan simulasi berjualan di pasar, supermarket atau bekerja di salon.

Kunci Junirman agar mainan edukatif bisa bersaing dengan game online adalah adalah tidak pernah lelah berinovasi dan memperbaiki produk.

“Kalau dulu, tren mainan bisa sampai 1-2 tahun.  Tapi kalau sekarang, 3 bulan saja kita sudah harus memutar otak lagi bagaimana agar produk kami tetap diminati,” tuturnya.

Junirman tidak memungkiri jika game online juga bisa menjadi sarana edukasi bagi anak.  Namun dia tetap berpesan kepada para orang tua dan guru, untuk memperhatikan mainan anak-anak mereka. Sebisa mungkin, mereka terlibat dalam pemilihan mainan tersebut dan memahami bagaimana cara bermainnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya