Marak Pelecehan Seksual, Trik Psikolog Edukasi Anak Sejak Dini

Ilustrasi korban kekerasan seksual.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Lifestyle – Pelecehan seksual tengah marak terjadi di ruang publik, mulai dari pusat perbelanjaan hingga sekolah agama. Mirisnya, kejadian tersebut menimpa anak-anak yang usianya masih sangat dini oleh para predator seksual yang tak segan melakukan perbuatan bejatnya.

2 Mahasiswa Psikologi Islam IAIN SAS Babel Raih Prestasi Peneliti Muda Terbaik di KNPMPI 2024

Tentu, kondisi ini membuat banyak orang tua khawatir dan kerap memperhatikan buah hatinya dengan saksama. Namun, sebagai orang tua pun ada kalanya lengah saat anak bermain dan justru di momen itu bisa berpotensi predator seksual untuk melakukan aksinya.

Salah satu yang sebenarnya dapat dilakukan oleh anak adalah dengan melindungi diri dari aksi predator seksual tersebut. Untuk melindungi diri anak, Psikolog Sani Budiantini mengatakan bahwa edukasi soal pendidikan seks bisa dimulai sejak anak paham berkomunikasi dan bukan berdasarkan patokan usianya.

Kisah Wanita di Mataram, Korban Pelecehan Seksual Justru Dijerat UU ITE

"Sejak anak memahami komunikasi, kita bisa memberikan edukasi tentang pendidikan seksual. Salah satunya bagaimana anak perlu melindungi dirinya dari sentuhan orang lain, atau pun dari hal-hal yang tidak menyenangkan yang dilakukan orang lain terhadap dirinya," kata Sani Budiantini kepada VIVA, dikutip Sabtu 9 Juli 2022.

Sering kali, anak-anak belum mengerti batasan sentuhan yang boleh dan dilarang untuk orang lain atas tubuhnya. Hal yang paling mudah diberikan edukasi oleh orang tua pada anak yakni dengan konsep pakaian yang melindungi area tubuhnya.

Membanggakan! Siswa MAN 2 Bantul Sabet 2 Medali Emas di Indonesia International Invention Expo 2024

"Anak perlu tahu bahwa dengan mengenakan pakaian, maka dia melindungi area di dalam tubuhnya. Hal ini juga menjadi batasan bahwa tidak sembarang orang bisa menyentuh tubuhnya atau bagian dalam yang ditutupi oleh pakaian tersebut," bebernya.

Selain itu, area lain yang terlihat dan tak boleh sembarang disentuh orang adalah bibir. Hal tersebut patut ditanamkan pada anak, di mana batasan sentuhan harus dikenalinya. Di sisi lain, beri juga edukasi bahwa sentuhan di area-area tersebut diperbolehkan dengan syarat untuk peneriksaan medis.

"Hal ini sudah termasukan pendidikan seksual, dimana anak tahu batasan, mana yang tidak boleh tersentuh tanpa alasan jelas. Dan mana yamg boleh seperti ketika mereka ke dokter, atau pun misal ada pemeriksaan secara medis lain. Termasuk pengasuh, keluarga atau saudara teman yg berusaha menyentuh bagian tubuhnya," tuturna.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya