Ahli: Tak Masalah Tambahkan MSG ke Makanan Anak

Ilustrasi parenting/orangtua dan anak/anak makan.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA Lifestyle - Orangtua wajib mendukung tumbuh kembang anak dengan membiasakan makan tiga kali sehari. Gizi anak juga harus dipenuhi dengan konsumsi makanan kaya protein, serta membatasi konsumsi makanan yang terlalu manis dan juga asin secara berlebihan.

Bukan Hanya Menyenangkan, Ini 5 Manfaat untuk Anak Saat Main di Playground

Dokter spesialis anak dan edukator Kesehatan Ardi Santoso mengatakan, anak-anak juga harus dikenalkan dengan cita rasa makanan yang lezat sejak kecil. Karena itu, tidak ada masalah apabila orangtua menambahkan Monosodium Glutamat (MSG) di makanan yang dikonsumsi anak-anak.

"MSG itu bukan zat asing untuk tubuh. MSG juga aman untuk dikonsumsi semua tahapan usia, bahkan bayi pun memiliki kemampuan metabolik yang sama dengan orang dewasa. Kadar keamanan MSG dijelaskan dalam Permenkes dan Peraturan BPOM dengan batasan secukupnya,” kata Ardi dalam webinar Amankah MSG untuk Anak dan Solusi Tumbuh Kembang Anak yang Optimal, yang digelar Ajinomoto dan Katadata, Selasa 2 Agustus 2022. 

Tragedi DBD, Kisah Meninggalnya Seorang Anak di Lampung

Ardi menambahkan, air susu ibu (ASI) juga mengandung glutamat yaitu 44,17 persen dari total protein yang dikandungnya. Ini yang membuat bayi ketagihan ASI karena rasanya yang gurih.

Ilustrasi MSG.

Photo :
Ustaz Khalid Basalamah: Orangtua Gak Wajib Kasih Nafkah ke Anak Laki-laki Jika Sudah Baliqh

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyebut konsumsi glutamat sesuai dengan kebutuhan tidak akan berdampak pada kesehatan. Kata Ardi, belum ada penelitian yang membuktikan seputar mitos MSG yang berdampak serius bagi kesehatan manusia.

“MSG boleh gak yah, berbahaya gak yah? Pasti ada pertanyaan itu. Anak-anak butuh makanan lezat, cita rasa yang enak, gak mungkin hambar tapi ada takarannya, gula, garam, lemak. Tapi untuk MSG gimana? Jangan ragu yah, MSG tidak berbahaya asal dikonsumsi secukupnya,” jelas Ardi.

Ardi Santoso mengatakan, konsumsi MSG sangat merata di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Fakta ini menepis anggapan bahwa mengonsumsi micin bikin bodoh pada anak. Nyatanya, MSG sama sekali tidak membuat anak menjadi bodoh.

"Jadi kalau memang MSG bikin bodoh, tentu saja seluruh negara tidak akan mengonsumsi MSG dengan jumlah yang banyak," kata Ardi

Ilustrasi garam, MSG dan gula.

Photo :
  • Pixabay/Stocksnap

Selain dianggap menjadi pemicu kebodohan pada anak, mitos lainnya yang berkembang yakni MSG dapat mengganggu fungsi kerja otak, generasi micin, meningkatkan risiko asma, meningkatkan kanker, dan memicu kelebihan berat badan.

Ardi menegaskan bahwa itu semua hanya mitos. Karena faktanya, tidak ada kaitan antara pemberian MSG dengan gangguan fungsi otak, risiko asma, risiko kanker, ataupun memicu kelebihan berat badan.

Karena kenyataannya, kadar natrium (Na) pada MSG lebih sedikit ketimbang garam dapur. MSG mengandung 12 persen Na, sedangkan garam dapur 39 persen. Artinya, kandungan Na di MSG lebih sedikit dibandingkan garam dapur sehingga risiko hipertensi akibat konsumsi natrium berlebih lebih tinggi pada garam dapur.

Selain itu, sebuah studi mengungkapkan pengurangan garam dengan menambahkan MSG ke dalam masakan, dapat mengurangi kandungan Natrium sebesar 30 persen tanpa mengurangi kelezatannya. Caranya, dengan mengurangi konsumsi garam dapur risiko hipertensi dapat dihindari.

Ilustrasi garam

Photo :
  • Pixabay

"Peran MSG pada kesehatan tubuh manusia sangat banyak, mulai dari membantu pencernaan usus hingga dapat mengontrol nafsu makan," kata dia.

Menurut Psikolog Irma Gustiana Andriani, orangtua perlu belajar dalam menyikapi kegiatan makan pada anak. Ayah dan bunda, harus bisa memastikan anak dapat asupan makanan yang bergizi.

"Pada intinya adalah, kita semua perlu belajar menyikapi kegiatan makan anak dan jangan lupa, cita rasa sangat penting menggugah selera anak dalam aktivitas makan," kata Irma.

Grant Senjaya, Public Relations Department Head PT Ajinomoto Indonesia mengungkapkan, kini mereka sedang mengampanyekan bijak penggunaan garam. Kampanye tersebut sejalan dengan kampanye yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ihwal pentingnya membatasi konsumsi gula, garam dan lemak.

Ilustrasi garam.

Photo :
  • Pixabay/kaboompics

"Melalui kampanye Bijak Garam yang sedang digiatkan ini, kami ingin mengedukasi masyarakat tentang pentingnya diet rendah garam serta mengajak keluarga Indonesia untuk hidup lebih sehat dengan mengurangi penggunaan garam di dalam masakan," pungkasnya. 

"Bagi kami, gizi yang baik adalah hal besar yang kami soroti dan merupakan modal penting bagi pertumbuhan generasi masa depan," sambungnya. 

Menurut Grant, anak-anak di Indonesia membutuhkan gizi yang baik dan lengkap untuk tumbuh kembangnya. Dengan begitu, perkembangan mental dan fisik anak-anak di Indonesia jadi lebih baik sehingga menjadi generasi yang akan tumbuh dan berkembang di masa depan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya