Mengenal Pariwisata Nomadik yang Makin Populer

Glamping Lakeside Rancabali di Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Sumber :
  • VIVA/Adinda Permatasari

VIVA – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) meluncurkan program terobosan baru dengan mengenalkan nomadic tourism atau pariwisata nomadik berupa glamcam, home pod, dan caravan. Terobosan ini dibuat sebagai jawaban atas keterbatasan tersedianya amenitas sebagai unsur penting dari 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) di daerah tujuan wisata yang mengandalkan unsur budaya, alam, dan buatan manusia.  

Pengunjung Pangandaran Membludak, Emil Tutup Jalur Akses Wisata

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, menilai nomadic tourism memiliki nilai ekonomi tinggi, dan perawatannya juga relatif mudah, sehingga menarik para pelaku industri pariwisata untuk mengembangkan bisnis. Terutama untuk aksesibilitas dan amenitasnya, karena konsep ini cepat memberikan keuntungan komersial. 

Menurut rencana, Kemenpar akan mengembangkan pariwisata nomadik di empat destinasi prioritas, yaitu Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan Borobudur, yang nantinya akan menjadi pilot project.

Ridwan Kamil Pastikan Pariwisata Jawa Barat Steril dari Virus Corona

Di sisi lain nomadic tourism, khususnya untuk amenitas seperti glamorous camping atau glamcamp banyak diminati para traveler dunia, dan sebagai salah satu pilihan selain hotel berbintang. Fasilitas glamcamp juga sudah mulai dikembangkan di sejumlah destinasi unggulan di Tanah Air seperti Bali, Lombok, Jawa Barat, dan Belitung, sekaligus sebagai upaya meningkatkan daya tarik wisatawan ke Indonesia. Pemerintah tahun ini menargetkan 17 juta wisatawan mancanegara, dan akan meningkat menjadi 20 juta wisman pada 2018.

Kawasan wisata Rancabali, Ciwidey, Jawa Barat

Revitalisasi Pantai Rp100 M Beres, Pangandaran Jadi Hawaii-nya Jabar

Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar, Guntur Sakti mengatakan, Menpar Arief Yahya, sangat perhatian terhadap wisata nomadik ini. Selain karena perawatannya relatif mudah, mempunyai prospek bisnis yang cerah, juga memiliki pasar yang besar di mancanegara.

Untuk lebih mengenalkan wisata nomadik, Kemenpar mengajak serta 50 jurnalis dalam kegiatan outbound di kawasan wisata Rancabali, Ciwidey, Jawa Barat, 1-3 Agustus 2018.

"Sengaja kita pilih di objek wisata Glamping Lakeside Rancabali Ciwidey, agar lebih memahami dan merasakan apa itu wisata nomadik, serta mengenalkan potensi pariwisata di Kabupaten Bandung kepada masyarakat,” kata Guntur Sakti saat pemaparan Peningkatan Pemahaman Bidang Pariwisata Bagi Jurnalis  Tahun 2018 di Pinisi Resto, Ciwidey, Jawa Barat, Kamis malam, 2 Agustus 2018.

Menurut data Kemenpar, jumlah backpacker  atau wisatawan kelana di seluruh dunia mencapai 39,7 juta. Backpacker terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu flashpacker atau digital nomad sekitar 5 juta orang, yang  menetap sementara di suatu destinasi sembari bekerja.

Sedangkan, glampacker atau milenial nomad diperkirakan sekitar 27 juta orang dengan mengembara di berbagai destinasi dunia yang instagramable. Luxpacker atau luxurious nomad sebanyak 7,7 juta orang. Para luxpacker ini lebih menyukai fasilitas glamping di kawasan wisata alam danau, pegunungan, pantai, atau sungai.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya