Studi: Balita Bisa Tahu Jika Orangtuanya Berbohong

Ilustrasi orangtua dan anak.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Jika Anda berpikir bisa mengelabui buah hati Anda, sekarang Anda harus berpikir lagi. Karena, dalam sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa balita usia dua tahun menyadari jika mereka tengah diberi informasi yang tidak benar.

Dianggap Sepele, Permainan Ini Ampuh Asah Kemampuan Anak Balita

Dalam penelitian ini, sejumlah peneliti menguji kemampuan beberapa anak dalam memahami jika seseorang memiliki pemikiran yang berbeda dari mereka.

Tim peneliti menemukan bahwa anak kecil seusia 2,5 tahun sangat menyadari 'keyakinan salah' orang lain dan dapat merespons secara tepat informasi ini. Mereka menyimpulkan bahwa anak-anak ini mampu mengenali ketika orang berbohong, curang, atau berpura-pura.

Tega, Ibu Ini Rela Tukar Anaknya untuk Ditukar dengan Kokain

Dilansir Dailymail, sekelompok peneliti internasional menganalisa prilaku lebih dari 140 anak di Amerika Serikat, berusia 2,5 tahun menggunakan metodologi yang disebut dengan 'tugas keyakinan salah'.

Metodologi ini digunakan untuk menentukan, apakah anak-anak gagal memahami ketika seseorang memberikan pemikiran yang berbeda dengan apa yang mereka pikirkan.

4 Artis K-Pop yang Orang Tuanya Terlibat Skandal Penipuan

Keyakinan salah adalah kesalahpahaman yang dihasilkan dari penjelasan yang tidak benar, dan para peneliti menduga hal ini mungkin terlalu rumit bagi anak-anak untuk dimengerti, atau terlalu banyak informasi yang harus mereka tangkap secara bersamaan.

Para peneliti, kemudian menyederhanakan tugas tradisional ini, di mana mereka menggunakan sebuah karakter bernama Sally. Sally menyembunyikan sebuah kelereng di salah satu dari dua wadah lalu pergi, dan kelerengnya kemudian dipindahkan ke wadah lain.

Dalam skenario ini, para peneliti menanyakan, di mana Sally akan mencari kelerengnya.

Anak-anak usia lebih kecil akan menunjuk lokasi baru kelereng, hal ini menunjukkan mereka tidak memahami keyakinan salah Sally tentang penempatan kelereng. Sementara itu, anak usia empat tahun ke atas banyak yang menunjuk pada lokasi awal.

Dalam versi yang dimodifikasi, para peneliti menggunakan cerita Emma dan sebuah apel dengan format yang sama. Tetapi, kali ini apelnya dibawa ke tempat yang dirahasiakan.

Sebelum menanyakan ke mana Emma akan mencari apelnya, tim peneliti menanyakan dua pertanyaan tambahan, di mana mereka ditunjukkan dua gambar objek dan menanyakan di mana lokasi objek itu dalam pertanyaan.

Para peneliti mengatakan metode ini membantu mengurangi kebutuhan memproses informasi, sehingga membuat mereka lebih mudah menjawab pertanyaan terakhir.

Dengan jawaban benar dari anak-anak, hasil ini mengindikasikan bahwa mereka menyadari bahwa orang lain mungkin memiliki keyakinan yang salah dari mereka, anak-anak yang jauh lebih kecil dari penelitian sebelumnya.

"Ketika anak-anak di seluruh dunia ditanyai apa yang akan seseorang dengan keyakinan salah lakukan selanjutnya, biasanya tidak sampai usia empat, atau lima tahun akan memberikan jawaban yang benar, kata Renee Baillargeon, profesor psikologi di University of Illinois.

Baillargeon melanjutkan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketika tugas ini dibuat lebih sederhana, bahkan anak berusia 2,5 tahun berhasil melakukannya. Jadi, kemampuan untuk menjawab pertanyaan tentang seseorang dengan keyakinan salah muncul pada tahap sangat awal pertumbuhan anak, berseberangan dengan apa yang selama ini dipikirkan. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya